Selasa 04 Sep 2018 11:33 WIB

Tingkatan APK Pendidikan Tinggi dengan Pendidikan Jarak Jauh

PJJ harus mampu beradaptasi dengan merancang terobosan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan saat menghadiri acara memperingati Dies Natalis ke-34 Universitas Terbuka di Kampung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan saat menghadiri acara memperingati Dies Natalis ke-34 Universitas Terbuka di Kampung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan jarak jauh (PJJ) dinilai menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia. Mengingat, APK pendidikan tinggi saat ini masih berada pada angka 32,5 persen.

Hal itu disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat memberikan sambutan pada acara Dies Natalis Universitas Terpadu (UT) ke-34 di gedung Universitas Terbuka Convention Center (UTCC), Tangerang Selatan, Selasa (4/9).

"Ya jika dibandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan cukup jauh tertinggal, karena Korea Selatan APK pendidikan tingginya sudah di angka 92 persen, jadi PJJ ini solusinya," kata Nasir.

Menurut dia, model pendidikan yang diterapkan UT diyakini mampu membangun kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Terlebih UT dapat menjangkau banyak wilayah, baik di dalam, maupun di luar negeri melalui program belajar jarak jauhnya.

Nasir menambahkan, saat ini dunia telah berada pada era Revolusi Industri 4.0.

Karena itu, sistem pendidikan tinggi termasuk PJJ harus mampu beradaptasi dengan merancang terobosan dan program yang seirama dengan perkembangan zaman.

"Sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) yang selama ini dijalani oleh UT harus juga dapat berevolusi dan mendapat sentuhan perkembangan teknologi 4.0 agar mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi," tegas dia.

Nasir menyampaikan, di era revolusi industri 4.0 ada pergeseran yang luar biasa dan saat ini pun produk apapun dapat terintegrasi digital, fisik dan human-nya. Hal ini dapat dimanfaatkan di bidang pendidikan jarak jauh. "Saya membayangkan nantinya orang yang sedang berlayar di berbagai belahan dunia bisa berkuliah dengan hanya membawa handphone," kata dia.

Sementara itu, Rektor UT Ojat Darojat menyampaikan bahwa UT diberi mandat sesuai SK Presiden Nomor 41 Tahun 1984 untuk memberikan layanan akses perguruan tinggi kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan Program Nawacita ke 5, yakni meningkatkan kualitas hidup manusia di Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan, terutama di daerah pinggiran.

"Kepentingan UT adalah untuk membangun kualitas SDM, bukan hanya di perkotaan, tapi juga ke wilayah provinsi dari Sabang sampai Merauke," jelas dia.

Karena itu dia menegaskan, UT siap mendukung program Kemenristekdikti serta membantu perguruan tinggi lain agar memiliki kapasitas dalam pembelajaran jarak jauh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement