Rabu 12 Sep 2018 15:04 WIB

Cina Kirim Tentara Terbanyak dalam Latihan Perang Rusia

Rusia menggelar latihan perang terbesar selama sepekan.

Red: Nur Aini
Militer Rusia menjadi ancaman keamanan AS.
Foto: Reuters
Militer Rusia menjadi ancaman keamanan AS.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer Cina telah bergabung dalam latihan militer terbesar yang pernah dilakukan oleh Rusia. Latihan militer besar-besaran tersebut menunjukkan semakin menghangatnya hubungan Beijing dan Moskow di tengah ketegangan hubungan dengan Amerika Serikat.

Moskow mengatakan, latihan militer selama sepekan bernama Vostok (Timur) 2018 akan dilakukan di kawasan luas dari Siberia dan Timur Jauh Rusia, Lautan Kutub Utara, dan Lautan Pasifik serta melibatkan sepertiga kekuatan militer Rusia.

Latihan itu akan melibatkan lebih dari seribu pesawat, 36 ribu tank, dan kendaraan militer lainnya bersama 80 kapal perang. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menggambarkan latihan militer ini bahkan lebih besar dari latihan militer semasa perang dingin, yaitu Zapad 1981.

Seorang jenderal pensiunan Rusia mengatakan, latihan perang tersebut merupakan peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak meningkatkan tekanan terhadap Rusia. "Manuver ini dimaksudkan untuk mencegah maksud agresif Amerika Serikat dan NATO," kata jenderal purnawirawan Leonid Ivashov.

Dikutip oleh kantor berita Interfax, Leonid mengatakan bahwa latihan militer tersebut adalah 'juga respons terhadap sanksi Amerika Serikat'. Cina mengirimkan 3.200 tentara, 900 kendaraan tempur, dan 30 pesawat untuk latihan di kawasan Siberia.

Mongolia juga mengirimkan kontingen militer untuk berpartisipasi. Ketika ditanya apakah Amerika Serikat khawatir mengenai aliansi militer Rusia dan Cina, Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan bahwa 'negara-negara melakukan tindakan berdasarkan kepentingan mereka'.

"Saya tidak melihat dalam jangka panjang bahwa Rusia akan bersekutu dengan Cina." katanya.

Kedua Presiden akan bertemu saat latihan militer

Awak dari latihan militer ini juga ditandai dengan pertemuan bilateral antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping dalam sebuah forum di Vladivostok, di mana keduanya berjanji untuk memerangi serangan terhadap perekonomian mereka.

Moskow dan Beijing sudah membentuk apa yang disebut 'kemitraan strategis' dan menyampaikan penentangan terhadap dunia yang 'unipolar'. Istilah itu untuk menggambarkan apa yang mereka lihat sebagai dominasi global Amerika Serikat.

Media Cina menggambarkan keterlibatan negaranya merupakan yang terbesar dalam pengiriman pasukan ke luar negeri untuk latihan militer. Beberapa kalangan melihat bahwa Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA), yang tidak pernah terlibat dalam perang lagi sejak invasi ke Vietnam 1979, ingin belajar dari Rusia dalam konflik di Suriah di mana mereka menggunakan peralatan militer terbaru di sana.

Dari sisi Cina, aliansi militer yang lebih kuat dengan Rusia akan mengirimkan pesan yang kuat kepada AS dan sekutunya, Jepang, di saat Beijing bergerak untuk mempertahankan kepentingnnya di Laut Cina Selatan. Kawasan itu hampir diklaim sepenuhnya sebagai bagian dari Cina.

Cina juga mengatakan Taiwan adalah bagian dari mereka. Pulau Senkaku dan Diaoyu yang dikuasai oleh Jepang saat ini diklaim oleh Beijing.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement