Kamis 13 Sep 2018 21:00 WIB

Badai Florence Masih Intai Pesisir Timur AS

Sepuluh juta warga AS masih terancam Badai Florence.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Badai Florence di atas Samudra Atlantik dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, Senin (10/9).
Foto: NASA/Handout via REUTERS
Badai Florence di atas Samudra Atlantik dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, Senin (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Badai Florence masih mengintai Pesisir Timur Amerika Serikat (AS). Walaupun kategori badai telah diturunkan ke tingkat kedua, namun sekitar 10 juta warga AS masih dalam cakupan badai tersebut.

National Hurricane Center (NHC) mengatakan, Florence tidak lagi diklasifikasikan sebagai badai besar, tapi masih menjadi ancaman serius bagi warga dan properti miliknya. "Badai diperkirakan akan menerjang pantai selatan Karolina Utara pada Jumat (14/9), kemudian melintas ke barat daya sebelum pindah ke pedalaman pada Sabtu (15/9)," kata NHC.

Berdasarkan pemantauan pada Kamis pagi waktu setempat (13/9), Florence masih bergerak dengan kecepatan sekitar 330 kilometer per jam. Ia bergerak dari tenggara Wilmington di Karolina Utara menuju lebih jauh ke selatan. Georgia merupakan negara bagian terakhir yang mengumumkan keadaan darurat. Hal itu telah dilakukan sebelumnya oleh Karolina Selatan dan Utara, Virginia, Maryland, dan Washington DC.

Namun, seiring pergerakannya, badai telah menurun ke tingkat kedua, yakni dengan kecepatan 150-170 kilometer per jam. Kendati demikian, badai diperkirakan belum akan melemah dan tetap berkutat di dekat garis pantai yang dapat memicu banjir. Banjir diprediksi akan menyapu wilayah pedalaman seperti Alabama, Tennessee, dan Kentucky, dan West Virginia.

Sebanyak 1,7 juta orang telah diperintahkan untuk mengungsi dari Karolina Selatan dan Utara, serta Virginia. Hal itu dilakukan guna meminimalkan jumlah korban jiwa akibat badai Florence.

Presiden AS Donald Trump telah mengatakan Florence akan menjadi salah satu badai terbesar yang melanda dan menghantam AS. "Perlindungan kehidupan adalah prioritas tinggi, mutlak," katanya, dikutip laman BBC. 

Namun sebagian warga masih ada yang menoak untuk dievakuasi atau mengungsi. Mereka lebih memilih tinggal di rumahnya dan menyambut datangnya badai.

Brad Corpening, seorang pemilik toko kue di Wilmington, misalnya, memilih untuk tidak mengungsi. "Saya tidak mendekati (badai) Florence dengan ketakutan atau kepanikan. Itu akan terjadi dan kami hanya perlu mencari cara untuk melaluinya," kata dia.

Solange Iiou Thompson, seorang pemilik restoran, memutuskan hal serupa Corpening. "Saya tetap tinggal. Bangunan kokoh dan Buddha akan melindungi kita," ujarnya.

Perusahaan-perusahaan energi telah memperingatkan Florence dapat melumpuhkan sumber daya listrik di beberapa daerah selama berpekan-pekan. Sementara perusahaan analisis CoreLogic mengatakan, badai Florence dapat menimbulkan kerugian lebih dari 170 miliar dolar AS dan mampu merusak hampir 759 ribu rumah, termasuk sentra bisnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement