Jumat 05 Oct 2018 14:44 WIB

Dermatolog: Hindari Deodoran dengan Bahan Kimia Ini

Senyawa alumunium dapat meniru estrogen yang mendorong pertumbuhan kanker

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Semprotan deodoran
Foto: ist
Semprotan deodoran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada berbagai macam deodoran yang dijual bebas di supermarket dan apotek. Konsumen biasa memilih berdasarkan aroma atau kemasannya, tapi bagaimana memilih deodoran terbaik dari segi medis?

Menggunakan deodoran yang tidak tepat berisiko menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan. Pengguna bisa mengalami iritasi kulit, alergi, bahkan dalam kasus yang sangat serius akan mengarah pada kanker.

Mencegah seluruh risiko tersebut, para pakar dermatologi mengingatkan konsumen untuk selalu memperhatikan label deodoran. Konsumen harus cermat melihat kandungan bahan kimia pada produk.

 Menurut ulasan Organics.org, konsumen sebaiknya tidak memakai deodoran yang mengandung senyawa aluminium. Sayangnya, kandungan itu yang paling sering digunakan untuk memblokir saluran keringat.

Meski kedengarannya berguna, senyawa tersebut kemudian diserap ke dalam kulit dan bisa beracun bagi tubuh. Senyawa juga dapat meniru estrogen yang mendorong pertumbuhan sel kanker payudara.

Bahan kimia meresap lebih cepat ke dalam tubuh pada orang yang sering menggunakan deodoran di ketiak yang rutin dicukur. Terutama, mereka yang mengaplikasikan deodoran beberapa kali sehari.

Institut Kanker Nasional AS menyebutkan, ada bahan berbahaya lain yang mungkin terkandung dalam deodoran. Konsumen perlu mewaspadai kandungan parabens, silica, dan talc.

Untuk antiperspiran yang lebih aman, disarankan beralih menggunakan produk dengan bahan alami atau organik. Terlebih, bagi pengguna perempuan yang lebih berisiko, dikutip dari laman She Finds.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement