Selasa 13 Nov 2018 19:22 WIB

Ini Gagasan Rektor IPB Soal Konsep Pertanian 4.0

IPB mengembangkan program digital literacy para petani di 8 provinsi dan 17 kabupaten

Rep: Imas Damayanti/ Red: Maman Sudiaman
Rektor IPB sedang menyampaikan pemikiran tentang pertanian 4.0 di Taiwan
Foto: dok IPB
Rektor IPB sedang menyampaikan pemikiran tentang pertanian 4.0 di Taiwan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIWAN -- Adanya revolusi industri dicirikan dengan berkembangnya teknologi baru seperti drone, robotik, kecerdasan buatan, dan internet of things (IoT). Sementara itu konsep pertanian 4.0 merupakan konsekuensi dari hadirnya revolusi industri yang mana dituntut untuk menyesuaikan perkembangan pertanian dengan teknologi.

Hal itu disampaikan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria saat menjadi pembicara utama dalam Konferensi Global Ecology, Agriculture and Rural Uplift Program (GEAR UP) ke-5, Senin (13/11), di Taichung, Taiwan.

Menurutnya, aplikasi teknologi baru merupakan keniscayaan sehingga diperlukan peta jalan riset pertanian 4.0 yang menghasilkan sejumlah inovasi menarik. Antara lain, pengenalan hama terpadu dengan kecerdasan buatan, sistem pintar deteksi kebakaran hutan, monitoring padang lamun dengan teknologi sensor dan IoT, serta deteksi tingkat kemanisan buah dengan telepon pintar.

"Riset-riset yang mengasilkan inovasi berbasis teknologi tersebut akan terus dikembangkan IPB," ujarnya dalam keterangan rilis yang dikeluarkan IPB.

Lebih lanjut ia menyebut, riset yang akan terus dikembangkan IPB memerlukan kerja sama dengan perguruan tinggi asing untuk membangun jejaring kerja sama. Selain itu, hal penting lain menurutnya adalah pengembangan program pemberdayaan dalam rangka menyiapkan petani (SDM) di era baru berbasis teknologi seperti sekarang ini.

Ia menyebut, IPB telah mengembangkan program digital literacy para petani di delapan provinsi dan 17 kabupaten di Indonesia. Selain itu, salah satu langkah IPB lainnya dalam menyambut pertanian 4.0 adalah mempersiapkan Tani Center sebagai pusat pembelajaran sesama petani.

"Tani Center itu tempat pembelajaran untuk para petani. Kisah-kisah sukses dan inspiratif petani pun dimasukkan ke dalamnya, sehingga hal itu dapat menginspirasi para petani dan mahasiswa," ujarnya.

Ia berharap, pemerintah Indonesia memberikan kebijakan afirmatif untuk mengakselerasikan proses pertanian Indonesia agar mampu menghadapi era digital dengan masyarakat barunya.

Konferensi tersebut diadakan atas kerjasama antara National Chung Hsin Univeristy Taiwan dengan Texas A&M Univeristy of USA. Acara dihadiri para ilmuan Asia dan Amerika dari berbagai disiplin ilmu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement