Kamis 29 Nov 2018 15:01 WIB

Di Masa Kejayaan, Umat Islam Suka Berkebun

Masyarakat saat itu suka menghiasi lingkungannya.

Red: Agung Sasongko
Taman Islam ilustrasi
Foto: muslim heritage
Taman Islam ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Betapa indah dan berbudayanya kota-kota Islam di masa lalu juga digambarkan oleh David Talbot Rice dalam Islamic Art, Thames and Hudson. Pada masa kejayaan periode Samara (836 M - 883 M), umat Islam sangat menyukai seni.

“Masa itu merupakan masa paling brilian dalam sejarah Islam,” katanya. Rumah, masjid, istana, dan taman pada masa itu berdiri dengan megah dan indah.

“Masyarakat Muslim Arab suka sekali menghiasi lingkungannya,” imbuh Gustave Le Bon dalam La Civilisation des Arabes.

Menurut dia, karakteristik seni masyarakat Muslim Arab pada era keemasan begitu imajinatif, cerdas, dan megah dalam dekorasi. Selain itu, detail-detailnya begitu fantastis. Hal itu bisa dilihat dari taman-taman yang dibangun pada masa itu.

Kini, mari kita tengok Malaga, sebuah kota pelabuhan di Andalusia, Spanyol. Kota ini tak pernah kehilangan pesonanya. Dilihat dari Velez hingga Fuengirola yang berjarak lebih dari 64,36 km, pantai Malaga menampakkan perkebunan daun ara yang begitu indah dan memesona.

Peradaban Islam pada era keemasan memang sangat memberi perhatian yang besar pada tumbuh-tumbuhan. Tak heran jika Felipe Fernandez-Armesto,  guru besar sejarah lingkungan global dari Universitas London, mengatakan, peradaban Islam di masa kejayaan begitu memperhatikan kehadiran taman.

“Pada dasarnya taman atau kebun merupakan suatu seni yang mulia,” papar Armesto.

Kota lain yang tak kalah memesona adalah Sevilla. Penulis sejarah Minhaju Fakar menyebut, sungai yang membelah kota di Andalusia itu melampaui keindahan sungai Eufrat, Tigris, dan Nil. Tepian sungai di Sevilla diteduhi pepohonan buah sehingga orang yang berlayar terlindungi dari terik sinar matahari. 

Tentang Sevilla, Al-Shaqundi dalam sebuah risalahnya menulis, “Saya mendengar tentang kemegahan dan desain yang indah dari bangunan-bangunan di kota ini. Sebagian besar bangunan itu dilengkapi dengan lapangan luas yang ditanami pohon buah-buahan.”

Tak hanya kota-kota di Eropa, keunggulan estetika Islam juga tampak di Aljir (kini ibu kota Aljazair). Kala itu, kota ini memiliki hampir 20 ribu taman dan kebun. Tak heran jika seluruh kota tampak hijau oleh segala macam tetumbuhan, seperti pohon buah-buahan dan bunga-bungaan. Air mancur pun berlimpah.

“Berkebun adalah salah satu bentuk seni yang monumental,” kata Ermesto. Kecintaan Muslim terhadap taman, kebun, dan lingkungan secara umum berasal dari konsep Islam yang mendasar. Bagi Muslim, kata A Faruqi, alam adalah nikmat, hadiah, dan karunia Allah. Semua ini diberikan kepada manusia untuk digunakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya.

Sementara, R Ettinghausen dalam Introduction in The Islamic Garden menulis, bukan tanpa alasan jika masyarakat dan penguasa Islam pada era kejayaan sangat suka menghadirkan taman dan kebun di sekeliling lingkungan dan rumah. 

Salah satu alasannya adalah janji adanya surga di akhirat kelak. Di dalam sejumlah surah di Alquran, Allah SWT kerap menggambarkan surga sebagai tempat yang indah dengan keberadaan taman dan sungai di dalamnya. Penggambaran surga tersebut berperan penting dalam menumbuhkan keyakinan dan semangat umat Islam untuk menghadirkan taman dan kebun-kebun yang indah di lingkungan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement