Kamis 06 Dec 2018 21:31 WIB

Ini Penyebab Harga Telur Naik Menurut Kemendag

Pakan ternak memiliki kontribusi sekitar 70 persen terhadap biaya produksi.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Peternak mengambil telur ayam di desa Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Peternak mengambil telur ayam di desa Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan, kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya yakni kenaikan harga pakan ternak yang berujung pada kenaikan harga jual.

"Terjadi kenaikan harga pakan yang diakibatkan oleh kenaikan harga jagung yang sebelumnya Rp 4.600 sampai Rp 4.800 per kilogram naik menjadi Rp 5.800 sampai Rp 6.000 per kilogram," kata Tjahya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/12).

 

Sebagai informasi, pakan ternak memiliki kontribusi sekitar 70 persen terhadap biaya produksi. Sementara, 50 persen dari harga pakan disumbang oleh jagung.

Meski begitu, dia mengatakan, pada periode September hingga Oktober 2018 sempat terjadi penurunan permintaan hingga menyebabkan kerugian pada peternak.

Baca juga,  Harga Telur Ayam Bergerak Naik di Pasaran.

Harga telur di tingkat peternak pada beberapa daerah sempat berada di bawah Rp 18 ribu per kilogram atau berada di bawah harga batas acuan.

"Momen Natal dan Tahun Baru ini dimana terjadi kenaikan permintaan dari para perusahaan kue dan sebagainya diharapkan oleh peternak dapat menjadi keuntungan setelah sebelumnya sempat merugi," kata Tjahya.

Saat ini, harga telur ayam ras di tingkat peternak mencapai Rp 22.540 per kilogram dengan rincian masing-masing wilayah Sumatra Rp 21.680 per kg, Jawa Rp 22.590 per kg, Bali & Nusa Tenggara Rp 20.230 per kg, Kalimantan Rp 23.813 per kg, dan Sulawesi Rp 23.320 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement