Sabtu 08 Dec 2018 22:41 WIB

Surabaya Kota Terpopuler, ini Program Sukses Unggulan Risma

Pemkot Surabaya berhasil mengolah limbah sampah menjadi energi listrik.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menceritakan pengalamannya mengelola lingkungan Surabaya disela peluncuran gerakan Jaga Bhumi di Hutan Kota Komplek GBK, Senayan, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menceritakan pengalamannya mengelola lingkungan Surabaya disela peluncuran gerakan Jaga Bhumi di Hutan Kota Komplek GBK, Senayan, Jakarta, Rabu (21/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kota Surabaya meraih predikat Kota Terpopuler versi The Guangzhou International Awards 2018. Di antara kunci keberhasilan itu adalah manajamen pengelolaan sampah sebagai bagian dari inovasi serta pembangunan yang harmonis dan berkelanjutan.

Pemaparan program unggulan Kota Surabaya tersebut dipresentasikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Baiyun International Convention Center, Gungzhou, Jumat (7/12).

Dalam presentasi tersebut Risma mengangkat tema Public Participation in 3R Waste Management for Better Surabaya. Beberapa program yang telah diimplementasikan untuk pengelolaan sampah dengan kegiatan mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang sampah (recycle) melalui partisipasi publik seperti yang diunggah Risma dalam akun instagramnya @trirismaharini, Kampung Green and Clean di RT 1 Rw 4 Lakarsantri, Surabaya Barat.

Pemerintah Surabaya juga sedang membangun fasilitas olahraga jogging track di kawasan Keputran, Pemkot Surabaya yang terbuat dari limbah sandal bekas. 

“Proses pembuatannya dikerjakan dengan sangat rapi oleh para petugas di rumah kompos di kompleks Instalasi Pembuangan Limbah Cair Keputih," tulisnya dalam akun instagram. 

Limbah bekas sandal ini jumlahnya sangat banyak, daripada terbuang, lebih baik dimanfaatkan. Sebelum menjadi matras jogging track, limbah sandal ini dibersihkan terlebih dahulu agar terbebas dari kuman. 

Dalam sehari para petugas dapat mengerjakan beberapa matras dengan bahan satu hingga dua ton limbah sandal jepit. Rencananya proyek ini kan terus dikerjakan hingga tahun depan. Sehingga semakin banyak warga Surabaya yang menikmatinya. 

Selain itu, Pemkot Surabaya juga menerapkan teknologi waste to energy. Teknologi ini digunakan untuk skala kecil menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dan skala besar dengan metode sanitary landfill.

"Metode Sanitary Landfill yaitu teknologi gasifikasi untuk pengolahan sampah menjadi energi listrik," jelas dia.

Pemkot Surabaya saat ini telah memiliki PLTSa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Romokalisari di Kecamatan Benowo. TPA Benowo memiliki luas sekitar 37,4 hektare.

Dengan luas tersebut, mereka dapat menghasilkan dua mega watt listrik per hari. Risma berharap 2019 nanti dengan metode ini dapat mengembangkan gasifikasi plant yang menghasilkan kapasitas listrik delapan hingga mega watt per hari. 

Tak hanya program tersebut, Surabaya juga mengembangkan bank sampah di antaranya Green and Clean, Merdeka dari Sampah dan Rumah Kompos. 

Risma berharap dengan adanya bank sampah ini, sampah tak lagi menjadi barang yang tak berguna tetapi menjadi benda ekonomis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement