Sabtu 15 Dec 2018 17:40 WIB

Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah Terbitkan Novel

Novel berjudul Starlight Strianggle, berkisah10 anak biasa yang menjadi terkenal.

Red: Dwi Murdaningsih
Novel. Ilustrasi
Foto: thomsonreuters
Novel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK --  Siswa kelas 3 SD Muhammadiyah-2 Pontianak, Kalimantan Barat, Keisha Amelia Karenina  meluncurkan sebuah novel perdananya. Novel berjudul Starlight Strianggle, berkisah 10 anak biasa yang menjadi terkenal.

Saat peluncuran orang tua Keisha, Muhlis dan Nurul Hayat juga menghadirkan psikolog Yulia S Tasbita yang membahas seputar potensi dan kecerdasan anak. Ayah Keisha, Muhlis saat memberikan sambutan memaparkan novel Starlight Strianggle bercerita tentang persahabatan 10 anak di sekolah asrama.

Mereka memiliki idol. Ada yang mengidolakan Fateh (Gen Halilintar), Agnes Monica, Naura, dan Neona. Novel ini sebenarnya merupakan "kecelakaan sejarah", saat kelas 2, guru memberi tugas pada murid untuk membuat majalah dinding.

"Di SD Muhammadiyah, guru aktif mendorong siswa membuat majalah dinding. Bahkan, kegiatan itu diperlombakan. Ada hadiahnya, murid semangat mengisi majalah dinding kelas," ujar Muhlis.

Saat diminta mengisi majalah dinding oleh wali kelas, ibu Uray Monaya, Keisha membuat cerpen. Ceritanya, rencana nonton bareng film Nyai Ahmad Dahlan di Megamall, Pontianak. Nyai Ahmad Dahlan, istri pendiri Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

Acara nonton bareng, sebenarnya diperuntukkan bagi anak kelas 3 sampai kelas 6. Karena Keisha masih duduk di kelas 2, ia ikut nonton bareng dengan sang kakak, Cori Nariswari Mernissi (12) dan Shima A. Calluella (10), serta teman-temannya.

Cerpen itu ditulis hingga empat halaman kertas kuarto. Terlalu panjang untuk ukuran majalah dinding. Akhirnya, tulisan tak dipajang. Kemudian, Keisha melanjutkan tulisan itu. Ia menukilkan impiannya menjadi artis. Muncullah ide cerita novel berjudul Starlight Strianggle.

Saat tahu Keisha menulis cerita untuk novelnya, sang ayah minta novel itu diselesaikan, dan berjanji akan menerbitkannya. Begitu pun dengan sang ibu, Nurul Hayat yang selalu mendampingi dalam proses penulisan itu.

"Sebenarnya sejak kecil Keisha sering dibacakan cerita, dibelikan buku dan sebagainya. Ia diberi suasana dan dukungan akan hal itu. Dengan demikian setidaknya dia termotivasi. Alhamdulillah dengan kemauannya akhirnya bisa meluncurkan novel ini," papar dia.

Novel sepanjang 180 halaman, ditulis selama satu setengah hingga dua bulan. Sang ayah menyunting novel itu. Ia juga mencari orang untuk menggambar karakter tokoh-tokoh di cerita. Itu yang membuat buku ini, agak lama diterbitkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement