Ahad 30 Dec 2018 09:19 WIB

Asian Games Bersejarah dan Tahun Olahraga untuk Indonesia

Asian Games jadi sarana pembaruan memori kolektif bangsa akan kemampuan negeri ini.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Didi Purwadi
Endro Yuwanto
Foto: Republika/Daan Yahya
Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Endro Yuwanto

Redaktur Republika.co.id

Mungkin tahun ini menjadi kisah olahraga yang tak terlupakan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Puncaknya tentu ada di bulan Agustus 2018. Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, ajang olahraga multicabang terbesar di dunia setelah Olimpiade.

Setelah berhasil melewati tantangan sebagai tuan rumah ajang multievent terbesar se-Asia itu, Indonesia kini bersiap menutup tahun dengan penuh suka cita. Suksesnya pelaksanaan pesta Asian Games 2018 yang dihelat di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September kemarin menyisakan segudang cerita yang patut disyukuri.

Mulai dari setumpuk kendala sampai beberapa bulan jelang digelarnya Asian Games. Beberapa venue masih terus dikejar pengerjaannya. Ada pula masalah promosi yang dirasa kurang hingga persoalan lingkungan di Wisma Atlet.

Apa yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya tak akan mengecewakan. Hal itu pun terjadi setelah beberapa pihak bahu-membahu memikul tanggung jawabnya, Opening Ceremony (Upcara Pembukaan) Asian Games 2018 menjadi daya magnet awal bagi Indonesia.

Upacara Pembukaan Asian Games 2018 diawali dengan tayangan penampilan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) naik motor gede. Rupanya aksi itu tak dilakukan Jokowi sendirian, melainkan sebagian diperankan oleh stuntman (pemeran pengganti).

Jokowi tidak membantah dirinya digantikan oleh stuntman saat video pembukaan Asian Games 2018 yang menampilkan aksi bermanuver menggunakan sepeda motor gede. Jokowi menegaskan, apa yang ditampilkan lewat aksi tersebut tujuannya untuk hiburan.

Jokowi dan Prabowo Subianto sudah menjadi capres 2019 ketika gelaran Asian Games berlangsung. Prabowo yang merupakan Ketum PB IPSI menyaksikan pertandingan pencak silat di partai final yang rupanya juga dihadiri Jokowi. Momen menarik adalah setelah pertandingan final di nomor tarung putra kelas C (55-60Kg). Indonesia diwakili oleh Hanifan Yudani pada nomor tersebut.

Hanifan yang menang atas lawannya dengan skor 3-2, lalu melakukan selebrasi dengan bendera Merah Putih. Ia berlari keliling gelanggang hingga naik ke tribun penonton di mana terdapat Prabowo dan Jokowi duduk. Spontan, Hanifan memeluk Jokowi dan Prabowo yang kemudian mendapat sorak meriah.

Aksi Hanifan seakan mendinginkan tensi politik yang mulai panas setelah penetapan capres-cawapres. Setelah momen berpelukan tersebut, Jokowi mengajak Prabowo nge-vlog. Keduanya kompak menyatakan 'untuk Indonesia!'

Sejak Upacara Pembukaan Asian Games 2018, penonton berduyun-duyun datang dan tiket venue selalu ludes terjual setiap hari. Hasilnya, antusiasme besar itu bersambut dengan prestasi di atas lapangan dari para atlet Indonesia yang bertarung sehingga menempati posisi keempat klasemen akhir kompetisi olahraga terbesar kedua di dunia.

Total 98 medali diraup Kontingen Indoesia, dengan catatan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Hal itu sekaligus mencatat rekor tersendiri dalam hal koleksi medali bagi bangsa ini.

Adapun Asian Games kali ini menjadi satu sarana pembaruan memori kolektif bangsa akan kemampuan negeri ini menjadi tuan rumah yang baik. Pun dengan prestasi yang didapat. Ketika menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Indonesia juga berhasil menduduki posisi runner-up dengan perolehan medali sebanyak 77 medali (21 emas, 26 perak, 30 perunggu). Tahun ini, masyarakat secara utuh memberikan sebuah catatan sejarah yang nantinya dapat diceritakan kepada generasi berikutnya.

Presiden Olympic Committe of Asia (OCA), Sheikh Fahad Al-Sabah, bahkan tak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih pada Indonesia ketika menyampaikan pidato di Upacara Penutupan Asian Games 2018. "Terima kasih Indonesia. Kami sedih harus meninggalkan negeri indah ini. Namun, kami juga akan meninggalkan banyak kenangan. Terima kasih sudah membuat Asian Games ini menjadi nyata. Terima kasih atas keramahan kalian dan Indonesia juga punya kemampuan untuk menggelar event internasional lainnya," kata Sheikh Ahmad Al Fahad Al-Sabah.

Ketua Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc), Erick Thohir menyatakan, kesuksesan Asian Games tak lepas dari peran panitia di setiap cabang dan para relawan. Kedua pihak ini, kata dia, bekerja maksimal demi kesuksesan acara tersebut.

''Sebuah kerja besar sudah kita tuntaskan, sebuah sejarah kebangsaan telah kita ukir bersama. Para panitia dan voulunteers yang saya cintai, terima kasih mendalam saya sampaikan. Jayalah selalu bangsaku, jayalah olahraga Indonesia, jadilah the Energy of Asia,'' ujar Erick beberapa waktu lalu.

Kesuksesan Asian Games 2018 kali ini bukan sekadar kalimat pemanis bibir. Akan tetapi merupakan pengakuan dunia. Perlu diketahui, Asian Games diawasi berbagai perwakilan negara maupun lembaga dunia yang independen.

Salah satunya Jepang yang mengirim puluhan observer untuk menilai sekaligus mengambil pelajaran dari perhelatan di Jakarta dan Palembang. Ini untuk rujukan menjelang menjadi tuan rumah pada Olimpiade 2020 di Tokyo.

Erick melanjutkan, menjadi tuan rumah Asian Games 2018 adalah awal dari perjalanan besar Indonesia untuk menyelenggarakan event yang lebih besar ke depannya. Bukan hal yang mustahil saat Presiden RI Jokowi menyatakan Indonesia telah siap mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.

''Alhamdulilah jika memang kita disebut sukses besar di Asian Games 2018 kali ini. Tapi arti kesuksesan bukanlah seperti itu. Arti sukses yang sesungguhnya apabila kita di hari esok mampu lebih baik dari hari ini,'' kata Erick menjelaskan.

Dengan segala ambisi dan mimpi untuk menjadi lebih baik lagi, Erick sengaja tak mengucapkan kata perpisahan. Ia menilai ucapan selamat tinggal bukanlah hal yang diinginkan. Ini karena Indonesia akan kembali menggelar ajang multievent lainnya di kemudian hari.

Tentu masyarakat Indonesia selayaknya bersyukur karena Asian Games 2018 diibaratkan menjadi oase dalam segudang karut-marut polemik negeri ini. Seperti apa yang dikatakan Erick Thohir, semoga saja ini bukanlah yang terakhir dan Indonesia kembali menjadi tuan rumah bagi pagelaran termegah sedunia lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement