Rabu 27 Feb 2019 11:03 WIB

Pengelola Wisata Diminta Sediakan Fasilitas untuk Lansia

Keinginan berwisata kaum lansia berbeda dengan wisatawan pada umumnya.

Red: Ani Nursalikah
Lansia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Lansia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dyah Widiyastuti mengatakan pengelola wisata diharapkan menyediakan fasilitas bagi wisatawan dari kelompok lanjut usia. "Indonesia menjadi salah satu tujuan destinasi wisata bagi wisatawan untuk berlibur. Namun, tidak semua destinasi wisata tersebut ramah terhadap pengunjung lanjut usia (lansia)," katanya pada diskusi "Mobilitas dan Wisata Lansia" di Yogyakarta, Selasa (26/2).

Ia mengatakan keinginan berwisata bagi kaum lansia berbeda dengan wisatawan pada umumnya. Keinginan berwisata mereka lebih condong untuk bisa berkumpul bersama dengan orang lain baik bersama keluarga maupun teman komunitas.

Baca Juga

"Motivasi lansia untuk wisata lebih pada sosial impersonal dan motivasi fisik," kata Dyah yang juga dosen Fakultas Geografi UGM.

Menurut dia, pengunjung lansia biasanya datang bersama dengan anggota keluarga, seperti anak, menantu, dan cucu, bahkan ikut berwisata dengan para komunitas. "Hasil penelitian saya menunjukkan ada delapan aktivitas lansia selama berwisata, yakni duduk, jalan, mengobrol, makan, membaca, mengasuh cucu, berfoto ria, dan menikmati lingkungan," katanya.

Mereka cenderung melakukan kegiatan pasif dengan aktivitas yang dilakukan menyesuaikan ketersediaan fasilitas yang ada di objek wisata yang dikunjungi. Pola wisatawan lansia di Kota Yogyakarta, menurut Dyah, didominasi kelompok lansia dengan kondisi sosial demografi dan ekonomi yang rendah.

"Kegiatan bepergian lansia Kota Yogyakarta umumnya hanya berkunjung ke tempat wisata yang ada di sekitar rumah karena terjangkau bagi lansia. Lansia yang berkunjung ke objek wisata biasanya datang berkelompok, bukan secara individu," katanya.

Ia mengatakan pengunjung wisata dari kelompok lansia lebih senang melakukan aktivitas yang dipusatkan pada keluarga. Oleh karena itu, ruang destinasi wisata sebaiknya menyediakan media atraksi berupa ruang terbuka, area jalan kaki, dan konektivitas dengan masa lalu.

Selain itu, perlu juga aksesibilitas berupa tempat parkir dan drop zone, zona untuk sepeda, andong, bus, mobil, tempat istirahat, dan jalur pejalan kaki yang landai dan rindang. Untuk amenitas, kata Dyah, diperlukan restoran terbuka dengan sajian makanan sehat, tempat duduk yang terlindung, toko cenderamata yang berhubungan dengan masa lalu dan tersedianya klinik terdekat.

"Selain itu, ada petugas yang ramah dan membantu wisatawan lansia serta ketersediaan papan petunjuk informasi visual yang memudahkan wisatawan," katanya.

Pengurus Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Feriawan Agung Nugroho mengatakan setiap tahun mengadakan kegiatan wisata bagi anggota balai yang merupakan kaum lansia. "Kami mengajak 130 orang lansia dengan lebih 50 orang pendamping. Kadang satu pendamping untuk lima orang," katanya.

Berdasarkan pengalamannya mengajak lansia piknik ke lokasi wisata, ia sering terhambat oleh area parkir dan drop zone yang jauh dari loket dan objek wisata. Akibatnya, para lansia harus berjalan jauh sementara kondisi fisik mereka kurang mendukung.

Selain itu, di tempat wisata ia kesulitan menemukan kamar kecil yang ramah untuk lansia, bahkan tidak ada sandaran kursi bagi lansia selama berada di objek wisata.

"Sebelumnya, kami survei lokasi wisata yang landai, tidak banyak sandungan, dan butuh pendapa atau tempat istirahat untuk membuat acara kumpul, tetapi nyaris penyedia wisata tidak menyediakan itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement