Rabu 13 Mar 2019 12:27 WIB

UI: BUMN Terbuka di Indonesia Lebih Baik Dibanding Singapura

Aset BUMN sepanjang 2018 tumbuh 12 persen menjadi Rp 8.092 triliun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Kementrian BUMN (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Kementrian BUMN (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menilai, performa 20 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah menjadi perusahaan terbuka (Tbk) mampu menjadi menopang pertumbuhan penerimaan dan aset negara. Dibanding negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, kondisi di Indonesia jauh lebih baik.

Manajer Direktur LM FEB UI, Toto Pranoto, mengatakan, tren pemberitaan negatif yang belakangan sering terpublikasikan tidak menganggu kinerja BUMN. “Tanpa kita sadari, tone negatif pemberitaan BUMN telah mengaburkan capaian prestasi kinerja BUMN dalam satu tahun terakhir ini,” kata Toto dalam Seminar Nasional Prospek BUMN di Tahun Politik di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/3).  

Baca Juga

Toto menilai, tahun politik membawa nuansa yang berbeda terhadap penilaian kinerja BUMN. Ia mengatakan, masyarakat disajikan data tentang kinerja BUMN yang dianggap loyo, dihinggapi hutang menumpuk, dan dianggap mematikan sektor swasta.

Di satu sisi, Toto mencatat, total pertumbuhan aset BUMN sepanjang tahun 2018 mencapai Rp 8.092 triliun atau tumbuh 12,23 persen dibanding 2017  yang sebesar Rp 7.210 triliun.

Mengenai kinerja operasional, BUMN secara agregat cukup memuaskan. Hal itu dilihat dari penumbuhan ekuitas 2018 Rp 2.479 triliun atau tumbuh sebesar 4,16 persen dibanding 2017 yang sebesar Rp 2.380 triliun.

Sementara itu, total laba tahun 2018 mencapai Rp 188 triliun atau tumbuh 1,08 persen dibanding 2017 yang sebesar Rp186 triliun.  

Toto menambahkan, kontribusi BUMN terhadap negara pada tahun 2018 mencapai Rp 422 triliun dalam bentuk pajak, dividen, dan PNBP. Peroleh itu tumbuh 19,21 persen dibanding total kontribusi pada 2017.

Sementara, untuk kondisi di Malaysia, Toto mengemukakan, kinerja Khazanah atau BUMN Malaysia saat 2018 justru mengalami penurunan. Pada tahun tersebut, untuk pertama kalinya mencatatkan kerugian sebesar  RM 6,3 miliar atau sekitar Rp 21 triliun.

Dalam dinamika persaingan global yang cukup menekan, Toto mengatakan, Khazanah benar-benar dalam keterpurukan. “Iika melihat kondisi perekonomian Malaysia, penurunan kinerja Khazanah dikarenakan perubahan kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, volatilitas pasar yang meningkat, dan dipengaruhi adanya faktor perubahan regulasi,” ujarnya.

Selanjutnya, mengacu pada capaian kinerja Temasek atau BUMN Singapura sepanjang tahun lalu relatif stabil dan bisnisnya terus meningkat. “Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang rangat terdiversiflkasi di seluruh dunia, adanya otonomi penuh pada model management investment holding, dan sudah memiliki talent management yang baik,” kata dia.

Karena itu, kata Toto, data kinerja BUMN di Indonesia yang dirilis menunjukkan daya saing tersendiri jika dibandingkan kondisi di Malaysia dan Singapura.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement