Selasa 26 Mar 2019 01:57 WIB

ESDM: Danau Sentani tak Kuat Tampung Debit Air

Banjir disebabkan aliran sungai pengunungan Cyclops dan tingginya curah hujan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi rumah-rumah di Kampung Taruna, Hinekombe, Sentani, Jayapura, Papua. Permukiman ini berada persis di bawah Gunung Cyclop.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Kondisi rumah-rumah di Kampung Taruna, Hinekombe, Sentani, Jayapura, Papua. Permukiman ini berada persis di bawah Gunung Cyclop.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi melakukan serangkaian pemetaan untuk mengidentifikasi penyebab banjir bandang di Sentani, Papua. Tim yang telah diterjunkan sejak 20 Maret 2019 tersebut melaporkan bahwa limpahan debit air yang tingggi (overflow) pada sungai pegunungan Cyclops menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bencana air bah di wilayah tersebut.

Kepala PVMBG Kasbani menjelaskan bencana banjir bandang disebabkan oleh tingginya curah hujan yang dibarengi dengan ketidakmampuan Danau Sentani menampung air. "Permukaan air danau Sentani meningkat, dampak tingginya curah hujan dan aliran sungai pegunungan Cyclops yang bermuara ke Danau Sentani," kata Kasbani, Senin (25/3).

Baca Juga

Tingginya intensitas curah hujan, rinci Kasbani, mengakibatkan daerah permukaan menjadi lebih rendah dan terjadi penjenuhan air secara cepat sehingga air tak mampu terserap lagi oleh tanah.

Bahkan, setelah melacak jalur sungai yang terdampak banjir dengan menyusuri Jalan Raya Sentani - Doyo Baru - Kertosari, memperlihatkan juga adanya perubahan morfologi terjal pegunungan Cyclops menjadi wilayah pedataran aluvial (tanah endapan). "Ini didukung pula dari keterjalan lereng dan perubahan dari lembah sungai yang relatif sempit lembah menjadi lembah sungai terbuka," ujar Kasbani.

Temuan lain, jebolnya bendung alamiah dari sedimentasi longsoran sepanjang dinding sungai dan batu berkururan besar di hulu lembah sungai. "Identifikasi ini diikuti dengan pembelokan beberapa alur sungai," kata Kasbani.

Banjir bandang yang melanda pada Sabtu (16/3) lalu telah menghancurkan pemukiman setempat. Rumah, jembatan dan bangunan lain hanyut diterjang derasnya aliran air. "Landaan aliran bahan rombakan berupa batuan berukururan boulder, yaitu diameter lebih dari 64 milimeter. Jenis batuan didominasi jenis batuan metamorf (malihan) berjenis Sekis Mika, Gneiss yang sebagian mengandung urat kuarsa," ungkap tim lapangan yang dipimpin oleh Agus Budianto.

Hasil pemetaan ini, jelas Agus, sudah dikonsolidasikan dengan Pemerintah Daerah setempat melalui Bupati Jayapura Mathius Awoitauw guna mengatasi penanggulanan bencana dan potensi ancaman serupa di masa mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement