Senin 06 May 2019 04:03 WIB

Pesan Ramadhan: Jaga Kesucian Ramadhan

Selama bulan Ramadhan mari hentikan ujaran kebencian dan fitnah.

Rep: DEA ALVI SORAYA, UMI NUR FADHILAH/ Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bulan suci Ramadhan tiba. Sidang itsbat yang digelar Kementerian Agama bersama ormas Islam menetapkan 1 Ramadhan 1440 Hijriyah jatuh pada Senin (6/5). Umat Islam diingatkan mengisi Ramadhan dengan hal-hal positif.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ia meminta umat untuk saling menghormati dengan menjaga tingkah laku maupun tutur kata.

“Saya berharap kita saling menghormati di bulan suci ini. Tidak melakukan hal yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial,” kata Lukman seusai menyampaikan hasil sidang isbat di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Ahad (5/5).

Dalam sidang itsbat kemarin, para anggota sidang mendengarkan pemaparan tentang posisi hilal dan ketinggian hilal yang dilihat dari seluruh titik di Tanah Air. Salah satu anggota Badan Hisab dan Rukyat Kemenag melaporkan, ketinggian hilal berada di posisi empat derajat 30 menit 59 detik sampai dengan lima derajat 42 menit 59 detik.

“Ini adalah posisi hilal berdasarkan metode hisab, untuk mengetahui posisi ketinggian hilal," kata Lukman.

Ketika sidang berlangsung, sebanyak 102 petugas rukyat Kemenag di 34 provinsi menyampaikan laporan pantauan mereka. Sejumlah petugas di Bangkalan, Gresik, Lamongan, Makassar, Brebes, dan Sukabumi menyampaikan kesaksian yang telah diiringi dengan sumpah bahwa mereka telah melihat hilal.

“Karena dua hal tadi, yaitu posisi hilal dan kesaksian maka seluruh anggota sidang itsbat secara mufakat menetapkan 1 Ramadhan 1440 H jatuh pada 6 Mei 2019,” katanya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpesan agar Ramadhan juga dijadikan momen merajut toleransi, silaturahim, dan meningkatkan semangat persaudaraan antara umat Islam.

“MUI meminta umat Islam menghargai perbedaan dan meninggalkan sikap egoisme kelompok yang berlebihan dalam kehidupan sosial dan keagamaan,” kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi, Ahad (5/5).

Zainut tak ingin umat Islam terjebak pada sikap eksklusivisme karena dapat melahirkan pertentangan, perselisihan, dan perpecahan. Hal itu penting karena Indonesia baru saja menghelat pemilihan umum serentak 2019.

Masyarakat harus kembali merajut tali silaturahim dan persaudaraan hakiki yang selama ini tercabik-cabik, terkotak-kotak, dan terpecah belah oleh perbedaan pilihan politik.

“Pada bulan Ramadan yang mulia ini, saatnya kita mengakhiri semua silang sengketa, saling tuduh, fitnah, dan saling mengolok," kata Zainut.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

(QS. Al-Hujurat ayat 11)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement