Senin 06 May 2019 16:05 WIB

Susy: Hasil New Zealand Open Harus Jadi Penyemangat

Ahsan/Hendra selalu jadi panutan baik di dalam maupun di luar pertandingan.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Susy Susanti
Foto: ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Susy Susanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia keluar sebagai juara umum turnamen bulu tangkis internasional, New Zealand Open 2019. Dua gelar juara dan satu finalis menjadi raihan tertinggi Indonesia akhir pekan lalu.

Dua gelar diraih melalui Jonatan Christie di tunggal putra dan melalui Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di ganda putra. Sayang, di ganda campuran pasangan Praveen Jordan/Daeva Melati Oktavianti gagal di partai puncak.

Hasil yang diraih di turnamen pembuka kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo diharapkan menjadi penyemangat untuk meraih prestasi lainnya di turnamen selanjutnya. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (Kabid Binpres PB PBSI) Susy Susanti kepada Republika.co.id, Senin (6/5).

“Pasti, hasil kemarin cukup baik. Sayang satu lagi wakil kita kalah dengan skor yang tipis. Paling tidak, hasil tersebut jadi penyemangat di awal kualifikasi olimpiade. Kita bisa dapat dua gelar, dari nomor tunggal dan ganda putra.” ujar Susy.

Salah satu gelar juara yang diraih Indonesia didapat dari pasangan senior Ahsan/Hendra. Mengomentari keberhasilan ini, Susy memuji kalau pasangan tersebut memang selalu jadi panutan baik di dalam maupun di luar pertandingan.

“Ahsan/Hendra adalah pemain senior kaya pengalaman, selalu bersifat profesional, bisa jadi panutan adik-adiknya, dan juga harus menjadi motivasi. Mereka mampu menjaga kondisi dengan baik, daya juang mereka di lapangan juga luar biasa,” kata Susy memberikan pujian.

Selain itu, lanjut Susy, ini merupakan tantangan untuk pemain muda. Mengenai kemungkinan Ahsan/Hendra untuk bisa membela Indonesia di ajang Olimpiade 2020 Tokyo, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini menyatakan masih belum bisa berkomentar banyak dan masih memiliki waktu yang banyak untuk memberika penilaian. “Jadi waktu masih cukup panjang, biarlah para pemain bersaing untuk satu tahun ini. Kami akan kirim pemain yang sesuai kebutuhan dan pasti yang terbaik untuk Indonesia.” jelasnya.

Selain ganda putra, ganda campuran saat Liliyana Natsir masih bermain bersama Tontowi Ahmad kerap mengharumkan nama Indonesia dengan berbagai gelar juara. Namun setelah Lilyana pensiun, belum ada penngganti yang bisa merebut gelar juara.

Ada tiga pasangan ganda campuran yang diharapkan mampu melanjutkan prestasi Owi/Butet. Ketiga pasangan tersebut adalah Muhammad Hafiz Faisal/Gloria Emmanuelle Widjaya peringkat 7 dunia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktaviani peringkat 9, serta duet Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow peringkat 41 dunia.

Menurut Susy pelapis Owi/Butet masih belum stabil prestasinya. “Mereka belum bisa diandalkan seperti Owi/Butet, kami harapkan di beberapa pertandingan para pelapis ini bisa lebih baik.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement