Ahad 05 May 2019 03:47 WIB

Mengapa Penyandang Tunanetra Miliki Pendegaran Lebih Tajam?

Tuna netra cenderung memiliki pendengaran yang lebih tajam.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra berjalan untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra berjalan untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak lama, ilmuwan kerap bertanya-tanya mengapa penyandang tunanetra memiliki pendengaran yang tampak lebih tajam dibandingkan orang-orang lainnya. Ternyata, otak memiliki andil yang cukup besar terhadap kecenderungan ini.

Korelasi antara otak dan kemampuan pendengaran penyandang tunanetra ini diketahui setelah tim peneliti dari Amerika Serikat melakukan dua buah studi. Kedua studi ini memanfaatkan MRI untuk mendeteksi perubahan spesifik pada otak penyandang tunanetra yang berkaitan dengan pendengaran.

Kedua studi tersebut telah dimuat dalam Journal of Neuroscience dan Proceedings of the National Academy of Sciences. Tim peneliti sebetulnya tidak berusaha mencari bagian otak mana yang paling aktif ketika penyandang tunanetra mendengar bunyi-bunyian. Mereka justru menilai sensitivitas otak terhadap perubahan kecil pada frekuensi suara.

Tim peneliti berupaya untuk melihat seberapa akurat populasi neuron otak memberikan informasi mengenai bunyi kepada penyandang tunanetra. Dari investigasi-investigasi ini, tim peneliti mendapati bahwa penyandang tunanetra memiliki korteks pendengaran yang lebih baik untuk mendeteksi perubahan kecil pada frekuensi suara.

"Ini merupakan studi pertama yang menunjukkan bahwa kebutaan menyebabkan plastisitas pada korteks pendengaran," ungkap peneliti senior Ione Fine yang juga profesor di bidang psikologi dari University of Washington (UW) seperti dilansir Health24.

Temuan ini dinilai penting karena korteks pendengaran pada individu penyandang tunanetra maupun individu yang bisa melihat menerima informasi pendengaran yang sama. Akan tetapi, pada individu penyandang tunanetra, ada lebih banyak informasi yang diproses oleh otak dari suara yang ditangkap.

"Dan area ini (pada penyandang tunanetra) tampak mengalami peningkatan kapasitas sebagai hasilnya," jelas Fine.

Pada studi kedua, tim peneliti lebih berfokus pada area otak bernama hMT+ pada orang-orang yang terlahir tidak bisa melihat, atau mengalami kebutaan dini. Pada individu yang bisa melihat, area otak ini bertanggung jawab untuk mengikuti objek bergerak yang dilihat mata. Namun, pada penyandang tunanetra, area otak ini berperan mengikuti suara yang bergerak seperti suara mobil atau langkah kaki.

"Otak pada individu yang alami kebutaan lebih baik dalam menggambarkan frekuensi suara," jelas peneliti Kelly Chang.

Chang menilai temuan dari kedua studi ini sudah cukup memberi penjelasan mengapa penyandang tunanetra memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendengar dan mengidentifikasi suara di sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement