Sabtu 01 Jun 2019 05:04 WIB

Makan Telur Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Kolesterol yang terkandung pada telur dipercaya bisa tingkatkan risiko sakit jantung

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi telur
Ilustrasi telur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah penelitian dari Northwestern University di Amerika Serikat (AS) menemukan mengonsumsi telur secara rutin setiap hari bisa meningkatkan risiko penyakit jantung bahkan memicu kematian. Para peneliti percaya ini disebabkan oleh kolesterol yang terkandung pada telur.

Penelitian ini melibatkan total 29.615 peserta. Studi-studi ini bersifat observasional. Artinya mereka mengumpulkan informasi tentang diet yang telah dijalani para peserta kemudian memantau hasil kesehatan mereka.

Baca Juga

Setelah itu, para peserta diminta untuk memberikan informasi terperinci tentang diet mereka, termasuk berapa banyak telur yang mereka makan per hari. Kesehatan mereka kemudian dipantau dalam kurun waktu cukup lama yaitu selama rata-rata 17,5 tahun.

Di AS tempat penelitian dilakukan, satu telur besar bisa mengandung 186 miligram kolesterol. Peserta juga memberikan informasi lain tentang gaya hidup mereka seperti seberapa banyak olahraga yang mereka lakukan.

“Studi ini menemukan untuk setiap setengah telur yang dikonsumsi per hari, orang memiliki risiko enam persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular (jantung),” demikian menurut penelitian tersebut seperti dilansir British Heart Foundation.

Ahli diet senior di British Heart Foundation, Victoria Taylor mengatakan ada banyak perdebatan tentang peran telur dalam kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan peredaran darah. Namun studi ini menunjukkan bahwa orang yang makan lebih banyak telur, berisiko lebih besar terkena penyakit jantung karena kolesterol yang ada di dalam telur.

Untuk itu dia menyarankan untuk memperhatikan keseimbangan gizi. Dia juga mengajak masyarakat tentang makanan sehat. Menurut Taylor, makanan sehat itu bukan hanya berdasar pada jenis makanan namun juga soal keseimbangan.

"Telur adalah makanan bergizi, sementara penelitian ini berfokus pada jumlah yang kita makan. Masih penting untuk memperhatikan bagaimana telur dimasak dan makanan pendamping lainnya. Misalnya, telur rebus pada roti gandum adalah jauh lebih sehat daripada menggoreng telur secara tradisional. Intinya makan secara seimbang," jelas dia.

Menurut dia, keabsahan penelitian ini cukup besar karena meneliti hampir 30 ribu orang dengan durasi waktu yang panjang yakni 17,5 tahun. Informasi yang dikumpulkan tentang diet peserta juga sangat rinci. Artinya para peneliti dapat memperhitungkan berapa banyak lemak jenuh, daging, serat, dan natrium yang mereka konsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement