Terkenang Penganang Lebaran: Khong Guan Isi Rengginang

Red: Muhammad Subarkah

Ahad 02 Jun 2019 12:06 WIB

Proses pembuatan rengginang teri di Desa Purworejo, RT 01/ RW 01, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Foto: dokumen Proses pembuatan rengginang teri di Desa Purworejo, RT 01/ RW 01, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

Becandaan ini selalu muncul di momen Lebaran. Kaleng Khong Guan isi rengginang. Ya, di antara semua makanan dan keripik-kiripik yang dihidangkan di atas meja Lebaran, terkadang ada “jebakan”. Kaleng kuenya bertulis apa, isinya apa.

Pernah mengalami juga? Tradisi menghidangkan aneka camilan dan kue kering saat Lebaran tidak hanya di Indonesia. Di berbagai belahan bumi pun mempunyai kebiasaan serupa.

Kalau di Indonesia yang umum disajikan di meja tamu adalah kacang goreng, emping, mede, rengginang, nastar, kastengel, dan teman-temannya.

Di Mesir penganan Lebaran yang paling populer bernama kue kahk. Kue ini bercita rasa manis dengan tekstur yang renyah. Bahan utamanya adalah adonan tepung dengan bubuk kayu manis, bubuk cengkeh, bubuk jahe, biji wijen, gula.

Biasanya kue ini berisi kurma atau kacang walnut. Berbentuk bulat. Sepintas mirip putri salju yang bertabur gula halus di atasya.

Di Turki, pastry manis yang sering dihidangkan saat Lebaran adalah baklava. Sebenarnya hidangan ini tidak hanya muncul di momen Lebaran. Saking populernya, di hari biasa pun mudah dijumpai.

Terbuat dari lapisan pastry yang disebut phyllo pastry yang disusun berlapis dengan almond cincang, apricot kering, bubuk kayu manis, cengkeh, juga madu dan sirop manis.

Saking manisnya, sampai giung kalau kata orang Sunda. Saya yang tidak suka makanan manis, hanya mau menyicip secuil sewaktu ke Istanbul. Sekadar pengin tahu saja rasanya seperti apa.

Lain lagi tradisi kue kering di Maroko. Di negeri ini kue Lebaran yang populer tidak bercita rasa manis, melainkan gurih spicy. Namanya spicy fekkas. Proses pembuatannya mirip dengan kue kering pada umumnya. Hanya campurannya adalah daging, rempah-rempah, daun peterseli, sayuran, dan keju.

Ada juga kue maamoul yang familier sekali di Tanah Suci. Saat belanja di toko kurma, pasti kue ini juga tersedia sebagai oleh-oleh. Aslinya kue manis ini berasal dari Jordania. Dan sering disuguhkan sebagai kue Lebaran.

Tidak terlalu renyah, pun tidak empuk. Kapes-kapes, kalau orang Jawa menyebutnya. Rasanya manis dengan isian kurma beraroma sitrus.

Di Tunisia, kue kering yang bentuknya mirip donat dalam ukuran kecil-kecil ini selalu terhidang untuk menyambut tamu di Hari Raya. Namanya kue kaak.

Sekalipun bentuknya mirip donat, namun proses pembuatannya tidak digoreng, melainkan dibakar menggunakan tandoor (oven tradisional). Tak heran kalau teksturnya keras saat baru diangkat. Tapi kalau sudah dingin, sedikit lebih lembut.

Kebutuhan kue kering untuk menyambut Lebaran ini memang luar biasa. Tercatat di salah satu sentra kue kering di Pasar Jatinegara, Jakarta, mengalami kenakan omzet yang fantastis di momen Lebaran. Satu toko yang rata-rata beromzet Rp 8 juta/per hari, saat Hari Raya bisa mencapai Rp 30 juta per hari.

Sebenarnya, bukan masalah berapa banyak atau seenak apa kue Lebaran yang dihidangkan. Namun, Islam mengajaran untuk ikramu dhuyuf atau memuliakan tamu.

Seperti tersebut dalam hadist, “”Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya” [HR al-Bukhâri dan Muslim]

Imam Ahmad dan sejumlah ulama lainnya, seperti dikutip oleh Ibnu Katsîr, berpendapat wajibnya memberikan dhiyaafah (jamuan) kepada orang yang singgah (tamu). Sedang orang yang pertama kali memberi suguhan kepada tamu adalah Nabi Ibrâhîm. [ash-Shahîhah, 725].

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrâhîm (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:

“Salaman,” Ibrâhîm menjawab: “Salamun” (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka, dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka.

Ibrâhîm berkata: “Silahkan kamu makan”. [QS adz-Dzâriyât/ 51:24-27].

Tak perlu memaksakan diri untuk membuat jamuan yang berlebihan di hari Lebaran. Karena yang utama adalah bentuk penghormatan tulus pada tetamu yang kita berikan.

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti