Di Makkah, Khatam Alquran di Pengujung Ramadhan

Red: Muhammad Subarkah

Selasa 04 Jun 2019 03:01 WIB

Suasana tarawih di akhir Ramadhan di Masjidil Haram. Foto: Googel.com Suasana tarawih di akhir Ramadhan di Masjidil Haram.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

'Amma yatasaa aluun

'Anin nabail adziim...

Imam membaca surah pertama juz 30 itu dengan sangat tartil.

Jantung saya berdegub keras. Sudut mata terasa hangat. Tiba-tiba air mata menderas tak terbendung.

Rasa sedih dan syukur silih berganti muncul di hati. Naik turun bagai roller coaster yang membuat dada sesak seakan mau meledak.

Syukur, karena mendapat limpahan berkah yang tak terkira. Tak terbayang hari-hari terakhir Ramadhan saya habiskan di rumah Allah.

Menjadi bagian dari jamaah shalat Tarawih dan khataman Alqur’an ini adalah impian banyak orang. Termasuk saya.

Tapi sekaligus juga sedih. Shalat Tarawih terakhir di Tanah Suci selalu menguras air mata. Ibarat akan berpisah dengan seseorang yang sangat dicintai, tanpa kepastian bisa bertemu lagi.

Imam yang telah sampai bacaannya pada juz ke-30, sebagai penanda ini adalah shalat Tarawih terakhir. Ramadhan akan segera pergi.

Sudah menjadi tradisi yang berlangsung sejak lama, di hari ke-29 Ramadhan, imam shalat Tarawih di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi akan membaca juz amma sekaligus doa khatam Alqur’an.

Di Indonesia acara ini sering disiarkan secara langsung oleh TVRI atau bisa dilihat melalui streaming di Youtube.

Banyak hal istimewa mengiringi shalat Tarawih 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Di antaranya, imam yang ditunjuk untuk bertugas adalah nama-nama besar, seperti Saud Al-Shuraim, Abdullah Al-Johan, Maher Al-Muaiqly, Khaled Al-Ghamdi.

Dan puncaknya di shalat Tarawih terakhir diimami oleh Syekh Abdurrahman Al-Sudais.

Hanya manusia-manusia terpilih yang sangat istimewa yang bisa menjadi imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Sejarah mencatat, orang dari Nusantara pertama yang terdokumentasikan menjadi imam Masjidil Haram adalah Syekh Junaid al-Batawi (1894-1895).

Ulama ini merupakan guru dari ulama-ulama besar asal Nusantara lainnya. Seperti Syekh Nawawi al-Bantani (wafat 1897) dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (wafat 1916). Dua muridnya ini kemudian juga berkesempatan menjadi imam Masjidil Haram.

Dalam catatan perjalanan “Mecca in the Latter Part of 19th Century”, orientalis Snouck Hurgronje yang berhasil menyusup ke Mekkah berkeinginan bertemu Syekh Junaid al-Batawi. Namun ditolak Syekh.

Buya Hamka dalam sebuah kesempatan pernah menuturkan, Syekh Junaid al-Batawi sangat dihormati di kota suci. Bahkan saking dihormatinya, seperti bagian dari keluarga Ibnu Saud, pendiri Kerajaan Arab Saudi.

Penghormatan untuk para imam Masjidil Haram ini masih terjaga hingga kini. Selain beragam fasilitas dan gaji yang luar biasa, para imam ini juga disediakan kompleks tempat tinggal di pinggiran kota Mekkah. Tiga puluh menit perjalanan menuju Masjidil Haram.

Jamaah haji dan umrah dari Indonesia saat melakukan ziarah di kota Mekkah umumnya akan dilewatkan kompleks perumahan ini.

Dikutip dari MoslemToday yang berhasil mewawancarai Fawwaz Abu Muhammad, salah seorang pengawal imam Masjidil Haram. Setiap harinya, setelah bertugas mengimami shalat, para imam ini akan berkantor di ruangan-ruangan yang tersebar di dalam Masjidil Haram.

Sebagian dari kesibukannya adalah menerima tamu. Memberikan fatwa serta menjawab permasalahan agama yang diajukan kepada mereka.

“Para masyaikh juga terjadwal bersama para thullab (penuntut ilmu, para mahasiswa) memuroja’ah hafalan mereka,” jelasnya

Sekalipun hapalannya sangat kuat. Namun memuroja’ah (mengulang-ulang kembali) hafalan Alqur’an sangat penting.

Kalau menjadi bagian dari shalat Tarawih di Masjidil haram saja sudah sedemikian bahagianya. Entah seperti apa rasanya menjadi imam shalat Tarawih di Masjidil Haram.

MasyaAllah...

“Allhummarhamni bilqur’an. Waj‘alhu li imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu ma nasitu wa ‘allimni minhu ma jahiltu warzuqni tilawatahu aana-allaili waj‘alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin”

Suara yang sudah sangat familiar itu terdengar lembut membaca doa khatam Alqur’an. Menyadarkan saya, shalat Tarawih terakhir telah benar-benar berakhir.

 

*Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti