Rabu 12 Jun 2019 17:36 WIB

Pasokan Pangan Kendalikan Inflasi DIY

Catatan itu menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Inflasi
Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Inflasi DIY terkendali sebesar 0,42 persen selama bulan suci Ramadhan 1440 Hijriyah atau sepanjang Mei 2019. Capaian itu lebih rendah dari inflasi April 2019 sebesar 0,46 persen. 

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Fitriani mengatakan, catatan itu menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir. Tentunya, memberi dampak positif. Ia menilai, dengan realisasi itu laju inflasi 2019 mencapai 1,49 persen dan inflasi tahunan 3,33 persen. 

Rendahnya inflasi Mei dicapai seiring terkendalinya inflasi kelompok pangan bergejolak. Pada Mei 2019, volatile food 0,89 persen. Itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode April 2019 sebesar 2,15 persen maupun inflasi volatile food Lebaran 2019 sebesar 1,21 persen. 

Ia menilai, masih berlangsungnya panen raya komoditas beras dan bawang merah. Lalu, kelancaran arus distribusi barang seiring perkembangan infrastruktur dan perdagangan antar daerah. "Yang mendorong terjaganya kecukupan pasokan pangan di DIY," kata Sri melalui rilis yang diterima Republika, Rabu (12/6). 

Panen raya bawang merah dan beras sejak April mendorong penurunan harga kedua komoditas tersebut. Sebab, masing-masing mengalami deflasi sebesar -17,96 persen dan -1,08 persen. Deflasi kedua komoditas pangan dapat mengompensasi peningkatan harga daging ayam dan cabai merah. Masing-masing alami inflasi 9,20 persen dan 10,80 persen. 

"Dengan terjaganya komoditas pangan, sumber tekanan inflasi Mei 2019 berasal dari kelompok administered prices, utamanya kepada kelompok transportasi," ujar Sri. 

Lonjakan permintaan moda transportasi angkutan udara dan kereta api untuk mudik mendorong peningkatan harga. Masing-masing sebesar 5,90 persen dan 15,28 persen dibanding bulan sebelumnya. Untuk tarif angkutan udara, penurunan tarif batas atas berdampak positif ke fluktuasi harga. Peningkatan tarif lebih rendah dari rata-rata lonjakan harga Lebaran 2018, 7,83 persen. 

"Sejalan terjaganya inflasi di DIY, tekanan inflasi inti pada Mei 2019 juga terjaga, yang didukung ekspektasi inflasi masyarakat yang semakin baik melalui sosialisasi dan edukasi," kata Sri. 

Hal ini tidak terlepas dari kinerja TPID yang gencar sosialisasi dan edukasi inflasi. Baik melalui penayangan iklan layanan untuk belanja bijak, talkshow di media-media dan ceramah keagamaan. 

Sri mengapresiasi TPID yang menggandeng ISEI dan MUI DIY. Mereka menerbitkan Buku Panduan Ceramah Pengendalian Inflasi DIY, yang digunakan pendakwah dan ulama demi kendalikan konsumsi berlebih. 

Ada pula langkah-langkah TPID dalam mengendalikan inflasi seperti operasi pasar komoditas pangan. Terutama, komoditas beras Bulog Divre DIY dan bawang putih Dinas Perdagangan DIY. Selain operasi pasar, dilakukan edukasi harga wajar komoditas pangan lewat Kios Segoro Amarto. Baik di Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Demangan. Demi menjaga keterjangkauan harga dilakukan pula pasar murah dari anggota-anggota TPID DIY. Mulai Rumah Pangan Kita, sampai Toko Tani Center dan Toko Tani Indonesia dari Dinas Pertanian DIY. 

Sri merasa, selama Ramadhan tahun ini pergerakan harga maupun ketersediaan pasokan terus terpantau. Baik di tingkat retail maupun distributor. "Bank Indonesia dan TPID DIY akan terus berkoordinasi meningkatkan sinergi dalam rangka menjaga stabilisasi harga di DIY untuk mencapai sasaran target inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus minus satu persen," ujar Sri. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement