Kamis 20 Jun 2019 12:58 WIB

Produktivitas Iman

Iman yang produktif berarti terus memompa semangat untuk meraih ridha Allah

Red: Hasanul Rizqa
Seorang yang memiliki iman akan cenderung pada ketaatan kepada Allah(ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Seorang yang memiliki iman akan cenderung pada ketaatan kepada Allah(ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Hatta

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, pernah suatu hari Rasulullah saw bertanya di depan para sahabatnya. ''Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini?''

Baca Juga

Abu Bakar menjawab, ''Saya, ya Rasulullah.''

Lalu Rasulullah saw kembali bertanya kepada mereka, ''Siapa di antara kamu yang telah mengantarkan mayat ke kubur pada hari ini?''

Kembali Abu Bakar menjawab, ''Saya, ya Rasulullah.''

Terakhir, Nabi Muhammad saw bertanya, ''Siapa di antara kamu yang memberi makan orang miskin hari ini?''

Lagi-lagi hanya Abu Bakar yang menjawab, ''Saya, ya Rasulullah.''

Lalu Rasulullah pun bersabda bahwa barang siapa yang melakukan tiga amal shaleh ini maka dia masuk surga.

 

***

Ini hanya salah satu contoh dari kehidupan para sahabat Rasulullah saw yang hidup dengan keimanannya yang produktif. Ini persis dengan perumpamaan Alquran untuk iman, ''Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (iman) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan untuk manusia supaya mereka selalu ingat,'' {QS Ibrahim (14):24-25}.

Produktivitas adalah salah satu sifat yang sebenarnya merupakan sifat bawaan dari sebuah keimanan yang benar. Iman akan dengan sendirinya selalu melahirkan amal-amal shaleh. Karena, iman ini membentuk keyakinan bahwa setiap detik hidup ini mempunyai nilai di depan Allah apabila diisi dengan amal shaleh dan begitu juga sebaliknya.

Maka, betapapun kecil dan remehnya bentuk amal itu di depan manusia, seorang mukmin tidak akan pernah melewatkannya apabila ia mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Rasulullah saw bersabda, ''Barang siapa di antara kamu dapat melakukan sekecil atau seremeh apa pun dari amal shaleh, lakukanlah!''

Iman ini membentuk kecintaan dan keinginan yang kuat untuk meraih pahala dan ridha Allah. Para sahabat Rasulullah, misalnya, yang dilarang Rasulullah saw untuk berangkat pergi berperang, karena kondisi mereka yang sedang sakit atau lemah, menangis sedih karena kehilangan kesempatan itu.

Dalam sebuah hadis qudsi diriwayatkan bahwa Allah nanti akan berfirman kepada kita, ''Hai hamba-hambaku sesungguhnya ini hanyalah amal perbuatanmu (di dunia) yang aku hitung untukmu lalu aku balas dengan adil, maka barang siapa yang menemukannya baik hendaknya dia bersyukur, dan barang siapa yang menemukan sebaliknya maka janganlah dia sesali kecuali dirinya sendiri.''

Terminologi Alquran sendiri menggunakan kata perintah fastabiqu (berlomba-lombalah dan berkompetisilah) untuk amal shaleh dan kebajikan. ''.... Berlomba-lombalah kamu dalam kebajikan,'' {QS Al Baqarah (2):148}.

Ini artinya bahwa seorang mukmin tidak hanya harus mempunyai mekanisme hidup yang dinamis dan produktif, tetapi juga harus progresif dan kompetitif dalam memproduksi amal shaleh sehari-hari. Rasulullah saw bersabda, ''Barang siapa yang lambat mengerjakan amal shalehnya, lambat pula naik derajatnya, (HR Muslim). Wallahu a'lam bishawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement