Selasa 02 Jul 2019 06:17 WIB

Membaca Tanda Alam

Pembacaan terhadap tanda alam melahirkan ilmu pengetahuan.

Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Hutan
Foto: pixabay
Ilustrasi Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto

Dalam Islam dikenal dua istilah, yakni tauhid uluhiah dan tauhid rububiah. Tauhid uluhiah lebih menekankan pada aspek penyembahan atau peribadat an kepada Allah, sementara tauhid rububiah lebih menekankan pada aspek pengetahuan tentang Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam (Rabb al-'alamin).

Dapat kata lain, tauhid uluhiah menyentuh tataran metafisik, sementara tauhid rububiah menyentuh aspek fisik.

Wahyu pertama kepada Nabi disebutkan dengan kata bismirabbik (dengan nama Rabb), yang berkaitan dengan tauhid rububiah; bukan dise but bismillah (dengan nama Ilah/ Allah), yang berkaitan dengan tau hid uluhiah. Ini berarti bahwa wahyu per tama lebih memberikan penekan an yang kuat kepada Nabi untuk mem baca tanda alam (ayat kauniah) yang bersifat fisik atau kasat mata yang ada di sekitarnya. Ini bukan berarti iba dah hal yang tak penting.

Namun, ibadah lebih sering bersifat indi vidual yang efeknya hanya bagi individu terkait, sementara pemba caan terhadap alam efeknya tak ha nya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Pembacaan terhadap tanda alam melahirkan ilmu pengetahuan, terutama sains dan teknologi yang sa ngat bermanfaat bagi umat manusia. Ini sekaligus mempermudah manusia untuk beribadah kepada Allah. Dengan kata lain, kemajuan sains dan teknologi memfasilitasi manusia untuk lebih mudah, enak dan nyaman beribadah, serta dapat mengantarkan mereka pada kekhusyukan.

Tak dapat dimungkiri juga bahwa kemajuan sains dan teknologi sering malah melalaikan manusia dari ibadah dan Allah, bahkan menjauhkan dari-Nya, membuat jiwanya kosong dan hampa yang berefek pada munculnya depresi, stres, sakit jiwa, disorientasi, dan seterusnya.

Karena itu, dalam hadis Nabi di katakan bahwa orang berilmu pengetahuan yang notabene berawal dari aktivitas membaca tanda alam, lebih utama dibandingkan ahli ibadah tapi tak berilmu pengetahuan. Dalam hadis lain juga dikatakan bahwa orang berilmu (ulama) adalah ahli waris para nabi.

Para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi ilmu pengetahuan (HR al-Bukhari). Dalam hadis lain, Nabi mengatakan, perumpamaan orang berilmu dan ahli ibadah laksana bulan purnama dan bintang dalam hal kuat dan terangnya cahaya di mata subjek yang melihat di bumi (HR Abu Dawud).

Melalui aktivitas membaca alam yang ditekankan dalam wahyu pertama, Allah sesungguhnya ingin memberikan landasan fundamental bagi kemajuan umat manusia pada masa depan. Wallahu a'lam. ¦ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement