Kamis 11 Jul 2019 12:27 WIB

Pelaku Industri Mamin Perlu Terapkan Sistem Digitalisasi

Kualitas produk mamin dapat dijawab dengan sistem digitalisasi

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan global, Schneider Electric menilai pentingnya transformasi digital dalam pengelolaan makanan dan minuman. Sistem digitalisasi dinilai dapat menjawab tantangan masa depan industri makanan dan minuman melalui solusi yang komprehensif.

Executive Vice President International Operations Schneider ElectricLuc Remont mengatakan tantangan masa depan konsumen kelas menengah semakin menuntut produk yang sehat dan ramah lingkungan.

Baca Juga

"Tantangannya seperti muncul pengawasan terhadap kualitas produk dan jaringan distribusi rantai pasok dapat dijawab dengan transformasi digital," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Kamis (11/7).

Dalam jangka panjang, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), tantangan industri makanan dan minuman adalah memastikan ketersediaan pasokan makanan dan minuman yang mana jumlahnya harus ditingkatkan hingga 60-70 persen untuk dapat memenuhi permintaan populasi global yang akan mencapai Rp 9 miliar pada tahun 2050.

Sementara Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Stefanus Indrayana menambahkan sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepanjang 2018, industri makanan dan minuman tumbuh 7,91 persen atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen di tengah-tengah berbagai tantangan ekonomi.

Namun berbicara tentang percepatan industri 4.0 pada sektor ini, Stefanus mengakui transformasi digital masih didominasi oleh perusahaan besar. Sementara Industri Kecil Menengah (IKM) masih membutuhkan lebih banyak edukasi karena kesan investasi teknologi yang mahal masih sangat melekat. Padahal dengan digitalisasi, proses produksi lebih efisien 30-40 persen.

"Tidak hanya edukasi, diharapkan pemerintah dan perbankan juga dapat memberikan insentif bagi IKM berupa fasilitas pendanaan," jelasnya.

Melihat strategisnya industri makanan dan minuman ini, Country President Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly mengajak pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia untuk segera mengambil langkah berani, dalam melakukan digitalisasi dan menekankan transformasi digital.

"Transformasi digital dapat dilakukan secara bertahap dan menggunakan solusi dengan platform terbuka," jelasnya.

Setidaknya, ada empat area penting yang perlu menjadi fokus dalam transformasi digital di industri makanan dan minuman antara lain Smart manufacturing, Smart Facilities, Smart Food Safety dan Smart Supply Chain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement