Senin 22 Jul 2019 13:13 WIB

Risalah Nur: Spiritual dan Intelektualitas Perlu Digabungkan

Tanpa cahaya hati, cahaya pikiran tidak akan bersinar.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Delegasi Indonesia sebanyak 25 orang tiba di Istanbul, Turki, untuk menghadiri Simposium Internasional Said Nursi
Foto: deden mauli darajat
Delegasi Indonesia sebanyak 25 orang tiba di Istanbul, Turki, untuk menghadiri Simposium Internasional Said Nursi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc, mengatakan, pemikiran Badiuzzaman Said Nursi bisa menjadi model bagi kehidupan sosial di zaman modern ini.

Dia mengatakan, sifat dasar manusia telah menjadi fokus perhatian para filsuf besar, seperti Plato dan Aristoteles. Sementara, spiritualitas manusia hanya ditekankan pada pemikiran keagamaan daripada pemikiran filosofis dan sosial.

Baca Juga

Karena itu, dalam tradisi Islam, beberapa filsuf Muslim seperti al-Ghazali dan Nursi fokus membahas tentang masalah spiritual ini. Namun, dalam pemaparannya kali ini, Prof Alparslan lebih fokus menunjukkan bagaimana konsep spiritual Nursi yang bisa menjadi model kehidupan sosial di dunia modern.

Dia menjelaskan, Alquran sejatinya menempatkan sains dan wahyu dalam konteks yang sama. Wahyu dapat menerangi sains dan memastikan kebenarannya. Karena itu, spiritual dan inteletektualitas perlu digabungkan. Tanpa cahaya hati, cahaya pikiran tidak akan bersinar. Selama kedua cahaya itu tidak digabungkan, semuanya gelap, katanya mengutip dari Risalah Nur.

Menurut Nursi, Ilmu-ilmu agama adalah cahaya hati nurani. Karena, merupakan produk wahyu yang menerangi hati sebagai hasil dari hubungan antara wahyu dan sains. Kesimpulan umum ini menunjukkan de ngan jelas bahwa Alquran dan sunah memberikan arti penting bagi sains atau ilmu pengetahuan, kata Alparslan.

Namun, jika sains, teknologi, termasuk falsafah, tidak dihiasi wahyu, belum naik ke tingkat sains yang dicerahkan Alquran. Pengetahuan yang tercerahkan ditanamkan keimanan dan dalam kerangka Islam adalah tingkat yang harus dicapai semua jenis pengetahuan.

Menurut Prof Alparslan, lawan dari pengetahuan ini adalah ketidaktahuan. Jika seseorang tidak mencapai tingkat pengetahuan yang tercerahkan itu, pengeta huannya setara dengan ketidaktahuan, sehingga berbahaya bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, "Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan." (Surah al-Anam: 119).

Menurut Nursi, semua ilmu pengetahuan memiliki realitas yang lebih tinggi yang didasarkan pada kehadiran ilahi. Karena itu, Nursi menggambarkan Risalah Nur sebagai kitab yang tidak hanya mengupas masalah ilmiah yang berkaitan dengan intelek, tapi juga berkaitan dengan hati, roh, dan spiritualitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement