Rabu 24 Jul 2019 20:02 WIB

MDMC Bentuk Tim Pendampingan Pascabencana di Sulteng

Pendampingan untuk mengimplementasikan program hunian transisi.

Rep: amri amrullah/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang siswa baru bersiap menuju sekolah pada hari pertama masuk sekolah di Kamp Pengungsian Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Seorang siswa baru bersiap menuju sekolah pada hari pertama masuk sekolah di Kamp Pengungsian Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) membentuk tim pendampingan masyarakat pascabencana di Sulawesi Tengah (Sulteng). Pembentukan tim pendampingan ini setelah MDMC mengadakan 'Pelatihan Penguatan Kapasitas untuk Pemberdayaan Masyarakat Pascabencana Sulawesi Tengah' di Universitas Muhammadiyah Palu, pada Selasa (23/7).

National Program Coordinator (NPC) MDMC Siti Markhamah mengatakan, meski telah 10 bulan berlalu sejak terjadi bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala), hingga saat ini MDMC masih tetap melakukan pendampingan terhadap masyarakat.

Baca Juga

Pendampingan ini bekerja sama dengan HEKS/EPER dan Solidar Suisse untuk mengimplementasikan program hunian transisi dan pendampingan livelihood untuk warga terdampak gempa dan tsunami di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan.

Dengan adanya program tersebut maka dibutuhkan pelatihan pra penugasan bagi para pelaksana program. "Pelatihan ini sebagai bekal bagi peserta dalam menyamakan persepsi antar anggota tim tentang program, juga untuk memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar bekerja kemanusiaan," kata Siti Markhamah dalam keterangan pers kepada wartawan, Rabu (24/7).

Terbangunnya sekian hunian dan terbantunya penghidupan warga terdampak bencana merupakan sebagian hasil dari sebuah tujuan besar MDMC yang tidak boleh diabaikan dalam implementasi program tersebut.

“Membangun ketangguhan di masyarakat, masyarakat punya daya lenting yang baik, yaitu kehidupannya harus jauh lebih baik daripada sebelum terjadi bencana. Maka temen - temen implementor itu nantinya yang akan bertemu langsung dengan masyarakat dan memastikan tujuan itu tercapai,” ucap dia.

Implementasi program tersebut pada fase pertama mendapat dukungan SDM dari luar Sulawesi Tengah dengan periode Maret 2019 sampai dengan Juni 2019, namun pada fase kedua, secara keseluruhan program akan dikelola oleh SDM Sulawesi Tengah dengan periode Juli 2019 sampai dengan April 2020 sebagai bentuk komitmen MDMC untuk capacity building yang nantinya mereka akan menjadi pelopor di Sulawesi Tengah dalam upaya penanggulangan bencana.

Dengan diadakannya pelatihan pra penugasan ini maka akan meningkatkan capacity building bagi lokal, “Harapannya semua tim yang terlibat paham tentang konsep penanggulangannya Muhammadiyah, terus paham etika bekerja di masyarakat dan bekerja di Muhammadiyah,” ucap Siti Markhamah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement