Selasa 30 Jul 2019 00:48 WIB

PLTS Atap Dorong Realisasi Target Bauran Energi Nasional

Pemerintah memiliki target bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang warga melintas di bawah panel surya Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pemerintah melalui Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap terpasang satu juta unit dalam empat tahun atau sampai tahun 2023 dengan kapasitas ditargetkan mencapai satu gigawatt.
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Seorang warga melintas di bawah panel surya Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pemerintah melalui Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap terpasang satu juta unit dalam empat tahun atau sampai tahun 2023 dengan kapasitas ditargetkan mencapai satu gigawatt.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma melihat upaya pemerintah mendorong penggunaan PLTS atap sejalan dengan upaya memenuhi target energi terbarukan. Dia yakin energi terbarukan merupakan tumpuan harapan untuk keberlangsungan pemanfaatan energi di masa depan.

"Kami melihat upaya pemerintah mendorong penggunaan PLTS atap sejalan dengan upaya memenuhi target energi terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025," ujar Surya di Jakarta, Senin (19/7).

Baca Juga

Surya menilai keinginan pemerintah terkait  PLTS perlu didukung dan diberikan penghargaan agar lebih terdorong pemanfaatannya. Saat ini, kata Surya, yang menjadi tantangan adalah bagaimana memperoleh energi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat dan seluruh rakyat Indonesia serta biaya pemasangan pembangkit tenaga matahari makin kompetitif.

Menurutna, energi terbarukan akan digunakan jika harganya bersaing dengan energi fosil lainnya seperti batubara. "Dalam beberapa tahun terakhir, tren harga energi terbarukan secara umum cenderung terus semakin kompetitif seiring dengan perkembangan teknologi pada tiap jenis energi terbarukan itu sendiri," kata Surya.

Surya meyakini keinginan meningkatkan pembangunan PLTS atap dapat  mendorong percepatan energi  terbarukan. Penggunaan energi terbarukan juga sesuai dengan target komitmen pemerintah dalam melaksanakan Perjanjian Paris.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا اَعْجَمِيًّا لَّقَالُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَ۬عْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ
Dan sekiranya Al-Qur'an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al-Qur'an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”

(QS. Fussilat ayat 44)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement