Selasa 30 Jul 2019 10:19 WIB

Manusia Gunakan SDA Lebih Besar dari Regenerasi Bumi

Manusia mengkonsumsi hasil alam 1.75 kali lebih cepat dari regenerasi bumi.

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
Bumi
Foto: National Geographic
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO -- Manusia tercatat telah gunakan Sumber Daya Alam (SDA) jauh lebih besar, dibandingkan apa yang dapat dihasilkan oleh bumi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan, per 29 Juli lalu, manusia telah secara resmi menggunakan lebih banyak sumber daya ekologis pada tahun ini, dibandingkan dengan apa yang dapat diregenerasi oleh bumi pada akhir tahun.

Dilansir CNN, kejadian ini dinamakan dengan Earth Overshoot Day. Menurut Global Footprint Network, sebuah organisasi yang menghitung hari, manusia saat ini telah mengkonsumsi apa yang dihasilkan dari alam 1,75 kali lebih cepat dibanding apa yang dapat diregenerasi oleh bumi.

Baca Juga

Tentunya, hal itu mengartikan manusia telah menghabiskan terlalu banyak ‘modal’ yang dimiliki oleh alam, mengkompromikan sumber daya di masa depan sebagai hasilnya. Ini juga mengarah pada hal-hal seperti terjadinya penggundulan hutan, serta penumpukan karbon dioksida di atmosfer. Dengan jumlah karbon dioksida yang meningkat, maka perubahan iklim akan semakin cepat terjadi, membuat keadaan di bumi semakin memburuk.

“Kita hanya memiliki satu bumi dan ini adalah konteks yang paling menentukan bagi keberadaan manusia. Kami tidak dapat menggunakan 1,75 tanpa konsekuensi yang merusak," kata Mathis Wackernagel, pendiri Global Footprint Network, dalam sebuah pernyataan dilansir CNN, Selasa (30/7).

Dalam data yang dirangkum setelah adanya laporan PBB, disebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) menjadi negara penyebab kondisi ini semakin buruk. Global Footprint Network bahkan mengatakan jika seluruh populasi dunia hidup seperti orang Amerika, maka dibutuhkan lima bumi untuk memenuhi seluruh kebutuhan mereka terhadap sumber daya alam.

Peringkat terburuk AS dibandingkan dengan sejumlah negara Barat lainnya seperti Prancis dan Inggris. Sementara, meski negara-negara miskin bukan menjadi pengguna sumber daya berlebihan, namun mereka menjadi negara yang biasanya harus membayar akibatnya.

Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim secara drastis mempengaruhi negara-negara miskin dan berkembang, sebelum negara-negara maju seperti AS. Data ini muncul setelah PBB beberapa bulan lalu mengeluarkan laporan yang menyatakan langkah perusakan lingkungan manusia dapat membahayakan "fondasi ekologis masyarakat".

Dengan kondisi tersebut, PBB mengatakan tentunya masalah darurat kesehatan global akan muncul. Hal ini kemudian berpotensi menyebabkan jutaan kematiat akibat polusi udara khususnya di Asia, Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, ini juga menciptakan infeksi yang tahan terhadap antimikroba dari polusi air tawar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement