Senin 05 Aug 2019 09:48 WIB

NTB akan Miliki Galangan Kapal Terbesar di Dunia

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menggaet investasi dari Korsel dengan nilai Rp 14 T.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Gubernur NTB Zulkieflimansyah (kiri) dan Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar (kanan) saat menandatangani nota kesepahaman proyek Global Hub Bandar Bandar Kayangan, Ahad (4/7).
Foto: Dok. Pemprov NTB
Gubernur NTB Zulkieflimansyah (kiri) dan Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar (kanan) saat menandatangani nota kesepahaman proyek Global Hub Bandar Bandar Kayangan, Ahad (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  LOMBOK -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) resmi bekerjasama dengan PT Diamar Mitra Kayangan (DMK) dan Sungdong Group dalam pembangunan Global Hub Bandar Kayangan di Kabupaten Lombok Utara. Kerjasama tersebut disahkan dengan penandatangan nota kesepakatan antara Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Direktur Utama PT. DMK, Soni Diamar, Direktur Utama Sungdong Group, Yung Hong Yun dan Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar di Restaurant YONGDAERI Korean Barbeque pada Ahad (4/7).

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengucapkan rasa syukurnya atas kerjasama ini. Dia bangga investor telah memilih NTB sebagai lokasi investasi. Menurut dia, Global Hub Bandar Kayangan akan membangun galangan kapal tersbesar di dunia dengan kawasan bisnis lain yang teringerasi. Selat Lombok, ujar dia, adalah lokasi yang strategis, yaitu berada di ALKI 2 (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang bahkan lebih strategis dari Selat Malaka.

"Sayangnya belum ada pelabuhan internasional yang bisa mendukung trasnportasi laut di daerah Selat Lombok. Saat ini sekitar 90% export impor harus melalui Sigapura, karena kapal yang dimiliki Indonesia terlalu kecil jadi tidak efisien untuk perjalanan jarak jauh. Selain itu hampir seluruh pelabuhan di Indonesia dangkal sehingga tidak mampu melayani kapal panmax yang memiliki panjang 300 – 500 meter.

"Dengan adanya Global Hub Bandar Kayangan ini maka Lombok akan menjadi poros maritim baru bagi dunia," tutur Zulkieflimansyah.

Zulkieflimansyah menambahkan Global Hub Kayangan akan menjadi kawasan industri yang modern. Pada proyek tersebut, akan dibangun kawasan industri galangan kapal dengan luas lebih dari 1.000 Hektare, pelabuhan internasional untuk kapal ukuran panamax (extra large), kilang minyak dengan kapasitas 50.000 barel/hari, pengolahan minyak, dan pembangunan pembangkit listrik hingga 900 MW.

"Global Hub Kayangan pun akan mejadi kota mandiri yang akan menopang kawasan industri tersebut," papar Zulkieflimansyah.

Direktur PT. DMK, Soni Diamar menyatakan, proyek ini legal dan sudah mulai dilaksanakan. Dia menjelaskan, pihaknya sudah mendapatkan izin lokasi dari kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) untuk areal seluas 7.000 hektar dan didukung oleh PP No. 13 tahun 2017 yang menetatapkan Bandar Kayanagn sebagai Kawasan Andalan Nasional.

Rencana pembangunan mega proyek Global Hub masih dalam tahap pembebasan lahan. "Kami memiliki kawasan dengan luas 7.000 hektare dan akan dibebaskan secara bertahap selama minimal 5 tahun. Kami adalah melakukan pembebasan lahan dengan perkiraan antara 1.500 hektare sampai 2.000 hektare per tahun. Proses pembebasan lahan masyarakat sekitar 1.500 hektar sudah dimulai pada akhir April 2019 lalu," ujar Soni.

Soni menjelaskan, tahap awal dari proyek ini adalah pembangunan infrastuktur. Setelah pembebasan lahan tahun ini selesai, maka pihaknya akan memulai penyediaan infrastruktur jalan, air, listrik dan akses menuju pelabuhan. "Pembebasan lahan dan pembangunan Global Hub Bandar Kayangan akan memakan waktu antara 4 sampai 5 tahun," ungkap Soni.

Associate Director for Business Development and Investment PT Diamar Mitra Kayangan, Victor Adiguna berterimakasih atas dukungan pemerintah NTB. Dia mengatakan, kerjasama ini bertujuan untuk membangun industri kapal tercanggih dan terbesar di dunia. Dia menjelaskan, Sungdong bersedia memberikan investasi 1 Milyar USD atau sekitar Rp 14 Triliun.

Tidak hanya investasi berupa uang, Sungdong pun akan memindahkan teknologinya menjadi milik bangsa Indonesia. "Kami akan melakukan seleksi pada 300 orang terbaik untuk mengikuti pelatihan di Korea Selatan selama beberapa tahun kemudian kembali ke Indonesia untuk mengelola proyek ini, rencananya proyek ini akan menyerap hingga 300 ribu tenaga kerja," ujar Victor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement