Rabu 14 Aug 2019 18:07 WIB

Menkes Temui JK Bahas Upaya Indonesia Bebas TBC

Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga di dunia untuk kasus TBC.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.
Foto: EPA
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menilai perlu upaya bersama dalam menghilangkan total atau eradikasi penyakit tuberculosis (TBC) di Indonesia. Menurut Nila, Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga di dunia untuk kasus TBC.

"Tuberkolosis ini kita berusaha, kami melihat kalau hanya Kementerian Kesehatan mengatasi penyakit, memang penyakit harusnya di bidang kesehatan. Tapi keliatannya ada faktor-faktor di luar ini yang memang kita harus bersama," ujar Nila usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (14/3).

Karena itu, dalam pembicaraan dengan Wapres JK dibahas upaya-upaya untuk mengeliminasi kasus TBC di Indonesia. Apalagi, Indonesia telah berkomitmen kepada dunia untuk menghilangkan TBC.

Menurutnya, Indonesia menargetkan pada 2030 untuk mengeliminasi penyakit TBC dan eradikasi TBC pada 2035 mendatang.

"2030 kita harus eliminasi, eradikasi 2035. Saya kira ini harusnya lebih di atas dikroyok rame-rame. Kami tadi membciarakan itu dengan Pak JK dan Pak Bambang dapat tugas (dari) beliau," ujar Nila.

Nila mengungkap, sejumlah upaya tersebut antara lain membutuhkan peran serta kementerian atau lembaga lain hingga Pemerintah daerah. Ia mencontohkan, perlunya peran Pemerintah daerah dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memastikan tidak ada lagi rumah kumuh. Sebab, Nila menilai lingkungan yang tidak sehat menambah penyebaran penyakit TBC.

"Karena TBC ini kan kaitannya kebanyakan dari orang yang tidak mampu, di mana perumahannya itu tidak sehat. Nah ini kita memerlukan, mengingatkan kepada Pemda kepada PUPR bagaimana rumah-rumah ini tidak ada rumah kumuh yang nggak punya ventilasi dan sebagainya," kata Nila.

Nila juga meminta bantuan instansi lain dalam memastikan tercukupinya gizi masyarakat Indonesia. Sebab, gizi yang tidak cukup juga menjadi salah satu faktor banyaknya kasus TBC di Indonesia.

"Mereka umumnya gizinya terganggu dan kita juga memerlukan, tadi kita mencoba apakah bisa mendapatkan pangannya atau ya jadi artinya apakah ini bisa dikategorikan nanti untuk orang yang tidak mampu itu mendapatkan juga bantuan mungkin PKH (program keluarga harapan) atau apa,"  ujar Nila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement