Rabu 14 Aug 2019 21:54 WIB

Henry Yosodiningrat: Upaya Cegah Narkoba ke Indonesia Gagal

Henry menilai upaya yang harus dilakukan terkait pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Red: Ratna Puspita
Henry Yosodiningrat
Henry Yosodiningrat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Henry Yosodiningrat mengatakan upaya mencegah masuknya narkoba ke wilayah NKRI gagal dilakukan. Sebab, narkotika dan obat-obat terlarang tersebut sudah sampai di kalangan masyarakat.

"Mohon maaf saya katakan apa adanya ternyata kita gagal dalam upaya mencegah masuknya narkoba ke wilayah NKRI," kata Henry dalam diskusi tentang narkoba di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (14/8).

Baca Juga

Menurut dia, indikasi kegagalan tersebut, yaitu beredarnya narkoba di kalangan masyarakat. Henry yang juga seorang pengacara ini mengatakan ancaman terhadap keberlangsungan bangsa akibat dari peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba tidak bisa lepas dari empat persoalan utama.

Yang pertama, yakni upaya mencegah masuknya narkoba dari luar ke wilayah NKRI. "Kenapa saya katakan dari luar, karena semua narkoba itu asalnya dari luar kecuali ganja, itu dari Aceh," kata anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI-P ini.

Karena upaya mencegah masuknya narkoba ke wilayah NKRI gagal, lanjut Henry, isu kedua, yaitu memberantas peredaran gelap narkoba. "Dan mohon maaf sekali lagi saya sampaikan, kita juga gagal dalam memberantas peredaran gelap. Indikasinya apa? Narkoba sudah sampai ke tangan pemakai," katanya.

Karena sudah sampai ke tangan pemakai atau mudah diperoleh oleh anak-anak bangsa, lanjut Henry, harus bicara isu ketiga yaitu mencegah terjadinya penyalahgunaan di semua kalangan. "Sekali lagi saya minta maaf kita gagal lagi di sini, dari pada kita katakan sukses kita melakukan pembohongan publik," ujarnya.

Ia mengatakan indikasi kegagalan dalam mencegah penyalahgunaan terjadinya banyak korban. Itu gagal lagi karena dengan banyaknya korban tentunya harus direhab.

"Kita gagal lagi dengan upaya rehab, kenapa? Ada indikasi bahwa 80 persen dari mereka yang sudah menjalani rehab, ada indikasi mereka itu rilex, tingkat candunya tinggi sekali," kata Henry.

Henry menjadi salah satu narasumber dalam forum diskusi terarah yang digelar oleh Divisi Humas Polri terkait Refleksi 74 tahun Indonesia merdeka dalam memberantas narkoba. Henry mengatakan persoalan narkoba tidak tuntas dibahas dalam sehari dan dalam forum yang singkat.

Untuk itu, ia cenderung mengarahkan agar semua fokus pada upaya mencegah penyalahgunaan narkoba. Menurut dia, jika upaya mencegah penyalahgunaan berhasil dilakukan tanpa mengesampingkan upaya-upaya lainnya, maka setiap orang akan menolak meski narkoba diedarkan secara gelap atau dibagikan cuma-cuma, bahkan dipaksakan.

"Karena dia sudah memahami, sudah mendapat pembekalan terkait upaya untuk pencegahan," kata Henry.

Selain Henry, diskusi ini juga dihadiri sejumlah narasumber lainnya, yakni Kepala BNN periode 2012-2015 Komjen Pol (Purn) Anang Iskandar, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Eko Daniyantodan musisi peduli narkoba Oppie Andaresta. Hadir pula Sukmawati Soekarnoputri dan pelawak Tarzan yang menjadi anggota GRANAT.

Kepala Biro Humas Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-74 pihaknya melaksanakan diskusi terarah ini dalam rangka penanggulangan. Ancaman peredaran dan penyalahgunaan narkoba semakin nyata, para bandar menyasar generasi muda sebagai pasar potensial.

Penyalahgunaan narkoba yang menyebabkan kerusakan syaraf dan kematian mengancam hilangnya generasi muda Indonesia. "Narkoba musuh negara, polisi terus melakukan penangkapan, penumpasan narkoba. Perlu sinergitas antarpihak dan masyarakat agar dapat memberantas narkoba," kata Dedi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement