Jumat 16 Aug 2019 12:51 WIB

Jokowi: Indonesia Bisa Keluar dari Kutukan Sumber Daya Alam

Indonesia membutuhkan SDM unggul dan inovasi disruptif yang membuka peluang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, Indonesia dapat keluar dari 'kutukan' sumber daya alam (SDA) menuju industri yang memiliki nilai tambah tinggi. Pergeseran ini dilakukan dengan tiga bekal, yakni inovasi yang disruptif, kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul dan penguasaan teknologi. 

Secara rinci, Jokowi menuturkan, Indonesia membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan negara kita dapat melompat dan mendahului bangsa lain. "Kita butuh terobosan-terobosan jalan pintas yang cerdik yang mudah yang cepat," ujarnya saat memberikan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8).  

Baca Juga

Di sisi lain, Jokowi menjelaskan, Indonesia membutuhkan SDM unggul yang berhati Indonesia dan berideologi Pancasila. SDM unggul tersebut juga harus toleran yang berakhlak mulia, belajar bekerja keras, namun tetap berdedikasi.

Tidak kalah penting, Indonesia membutuhkan inovasi-inovasi disruptif yang membalik ketidakmungkinan menjadi peluang. Inovasi itu juga harus mampu mengubah tidak berharga menjadi bernilai untuk rakyat dan bangsa.

Jokowi mengakui, Indonesia memiliki kekayaan SDA yang melimpah. Mulai dari bauksit, batubara, kelapa sawit, ikan dan masih banyak lagi. "Tapi, tidak cukup di situ. Kalau kita melakukan hilirisasi industri, kita pasti dapat melompat lagi," ucapnya. 

Banyak upaya yang sudah dan akan dilakukan untuk mencapai lompatan tersebut. Di antaranya membangun industri pengolahan bauksit sehingga impor alumina tidak perlu dilakukan. Selain itu, membangun hilirisasi industri batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) sehingga Indonesia dapat mengurangi impor jutaan ton LPG setiap tahunnya. 

Di sisi lain, Jokowi menjelaskan, Indonesia kini juga membangun bangun hilirisasi industri nikel menjadi feronikel. Pembangunan ini dalam rangka meningkatkan nilai tambah nikel hingga empat kali lipat.

Jokowi menekankan, Indonesia harus berani melakukan lompatan lebih maju dari yang sekarang sudah ada. Tidak terkecuali dalam pengembangan biodiesel. Saat ini, Indonesia sudah mulai dengan program B20 dan akan masuk ke B30 atau campuran solar dengan 30 persen biodiesel. "Tapi, kita bisa lebih dari itu, kita dapat membuat B100," katanya. 

Indonesia juga sudah memproduksi sendiri avtur sehingga tidak impor avtur lagi. Tapi, Jokowi menuturkan, Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan lebih dari itu. Misalnya, dengan ekspor avtur dan mulai produksi avtur berbahan sawit. 

Pengembangan mobil listrik juga disebut Jokowi sebagai lompatan yang dapat lebih ditingkatkan. Kini, Indonesia sudah mulai membuka ruang pengembangan mobil listrik. "Tapi, kita ingin membangun industri mobil listrik sendiri," tuturnya. 

Lompatan lain yang turut disebut Jokowi adalah ekspansi produk lokal ke pasar regional dan global. Para pengusaha maupun BUMN harus berani menjadi pemain kelas dunia. Artinya, Indonesia harus semakin ekspansif, from local to global

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement