Sabtu 17 Aug 2019 00:47 WIB

Menanti Kejutan Baru Lalu Muhammad Zohri

Lalu Muhammad Zohri tengah bersiap untuk kejuaraan di Doha September mendatang.

Red: Yudha Manggala P Putra
Lalu Muhammad Zohri
Foto: Foto: Antara/Hafidz Mubarak
Lalu Muhammad Zohri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sprinter nasional asal Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Zohri menjadi pelari tercepat di ajang nomor lari 100 meter putera pada kejuaraan Kejuaraan Dunia U-20 International Associations of Athletic Federation (IAAF) di Tampere, Finlandia pada 2018 lalu. Ketika itu Zohri yang masih berusia 18 tahun, berada di start dari lane terluar (jalur kedelapan).

Lane itu biasanya ditempati oleh pelari yang tidak diunggulkan. Namun Zohri mampu mematahkan anggapan itu dan mampu meraih medali emas dengan mencatatkan waktu 10,18 detik.

Lalu mengalahkan dua atlet Amerika Serikat Anthony Schwartz dan Eric Harrison yang menempati peringkat dua dan tiga dengan catatan waktu masing-masing 10,22 detik.

Catatan waktu 10,18 detik itu sekaligus memecahkan rekor nasional junior atas namanya sendiri 10,25 detik. Rekor waktu 10,18 detik itu juga mendekati rekor nasional senior atas nama Suryo Agung Wibowo 10,17 detik yang dibukukan pada SEA Games 2009 Laos.

Berselang kemudian, Zohri mampu membuat kejutan atletik Indonesia. Zohri mempertajam rekor nasional (rekornas) nomor 100 meter di Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha, Qatar. Zohri pada partai final mampu membukukan catatan waktu 10,13 detik atau lebih cepat dari pencapaian di babak semifinal yaitu 10,15 detik. Adapun rekornas sebelumnya adalah 10,17 detik.

Zohri pada babak final berada di line 3 menjalani start dengan cukup bagus dibandingkan sebelumnya. Bahkan juara dunia junior 2018 mampu memimpin meski akhirnya disalip sprinter Jepang yang berikutnya meraih emas, Yoshihide Kiryu dengan waktu 10,10 detik. Untuk posisi tiga direbut pelari China, Zhiqiang Wu dengan 10, IO18 detik.

Jika dilihat dari catatan waktunya, Zohri mengalami peningkatan yang cukup pesat. Bahkan Doha Qatar menjadi saksi tumbangnya rekornas lari 100 meter yang selama ini dipegang oleh Suryo Agung Wibowo.

Saat itu juga, pelari asal Dusun Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara itu dinobatkan sebagai atlet tercepat di Asia Tenggara.

Bahkan ketika mengikuti ajang Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang, Zohri mampu mempertajam catatan waktunya pribadi menjadi 10,03 detik meskipun dia berada di posisi ketiga dalam final lari 100 meter, yang ketika itu dia berada di line sembilan.

Zohri finis berada di bawah Justlin Gatlin pelari asal Amerika Serikat di posisi pertama dengan catatan waktu 10 detik, dan posisi kedua ada pelari tuan rumah, Kiryu Yoshihide dengan catatan waktu 10,01 detik.

Kejuaraan tersebut merupakan sebagai ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, otomatis dia mampu lolos pada limit yang ditentukan sebagai batas lolos yakni 10,05 detik.

Hasil di Jepang itu menunjukkan jika sprinter Indonesia mampu bersaing di level yang lebih tinggi. Apalagi yang dihadapi adalah atlet yang telah memiliki nama besar di dunia adu cepat 100 meter itu. Maka Zohri juga lolos ke Kejuaraan Dunia 2019 dan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.

Bagi Zohri waktu yang ditorehkan pada kejuaraan Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang, itu meningkat pesat dibandingkan dengan rekornas yang selama ini ia pegang yaitu 10,13 detik.

Rekornas sendiri dipecahkan oleh atlet asal Nusa Tenggara Barat itu pada Kejuaraan Atletik Asia 2019 yang berlangsung di Doha, Qatar, Senin (21/4). Rekor sebelumnya dipegang oleh Suryo Agung dengan catatan waktu 10,17 detik yang bertahan selama 10 tahun.

Sementara, pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (3/8/2019) lalu, Zohri tak henti-hentinya dalam memberikan kejutan dalam olahraga lari nasional. Dia memecahkan rekor nasional (rekornas) lari jarak pendek 200 meter U-20 setelah 10 tahun lamanya dipegang oleh Franklin Burumi.

Zohri mencatatkan waktu 21,14 detik dan merupakan rekor baru yang sebelumnya dipegang Franklin Burumi dengan catatan waktu 21,27 detik yang dibukukannya pada Kejurnas Atletik 2009 di Stadion Madya, Senayan, Jakarta.

Bahkan pada final lari nomor 200 meter U-20 itu, Zohri kembali mempertajam catatan terbaiknya menjadi 20,81 detik yang merupakan rangkaian dari Kejurnas Atletik U-18, U-20, dan Senior 2019 di Kabupaten Bogor itu.

"Saya turun di 200 meter pertama kali di PPLP dan Panglima Open kemarin, itu pun musuhnya senior-senior," ungkap Zohri.

Menurut dia, Kejurnas Atletik 2019 itu sebagai ajang untuk mencoba hasil dari latihan dan pemanasan sebelum mengikuti Kejuaraan di Doha, Qatar, September mendatang yang turun hanya di nomor 100 meter dan 200 meter yang sudah lama diikutinya sejak dua tahun yang lalu.

Zohri akan turun di 100 meter Kejuaraan Dunia dengan pesaing sprinter ternama di dunia. Dan berharap dalam ajang tersebut, ia bisa tampil maksimal dengan menargetkan waktu di atas 10 detik.

Secara keseluruhan sudah sekitar 95 persen sembuh dari cedera lutut kiri yang membekapnya pada empat bulan lalu, dan berharap tampil maksimal dalam kejuaraan dunia itu. "Semoga bisa di atas 10 detik, musuhnya pelari top dunia ya, mungkin saya agak kaku akhirnya saya down," ujar pelari 19 tahun itu.

Pelari kelahiran Lombok Utara, NTB, 1 Juli 2000 itu menyatakan bahwa dia tidak pernah ditarget oleh pelatih lari jarak pendek Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Eni Nuraini dalam mengikuti Kejuaraan Dunia 2019.

Namun, selama ini Zohri sering kehilangan kosentrasi saat berlomba. Zohri selalu mudah terganggu dengan suasana di sekitar lintasan, bahkan tidak jarang menoleh kearah sumber suara ketika ada yang memanggil namanya saat memacu kecepatan di lintasan.

Pada Kejurnas Atletik 2019 lalu, pada babak penyisihan lari nomor 200 meter itu Zohri menoleh ke kanan ketika penonton memberikan dukungan dari tribun Stadion Pakansari.

Dalam kesehariannya, Zohri melahap menu latihan yang sesuai porsi umurnya yang diberikan pelatih terbaik Asia, Eni Nuraini dengan berlari pada jarak 120-150 meter, latihan lari naik tangga, lari di lintasan menanjak, hingga latihan stamina di pusat kebugaran.

Sementara itu, Eni Nuraini menargetkan anak didiknya Lalu Muhammad Zohri untuk menggapai waktu lari di bawah 10 detik pada Olimpiade Tokyo 2020. "Ya kalau bisa di bawah 10 detik, Insya Allah," kata Eni.

Meski menargetkan waktu di bawah 10 detik, Eni tidak akan memberikan latihan terlalu berat kepada Zohri karena dia akan berlatih seperti biasanya.

"Latihan sebagaimana mestinya saja, karena kan dia masih muda jadi jangan terlalu dibebani macam-macam, sedikit-sedikit kita tambahannya jangan langsung dibebani seperti atlet senior, takutnya malah jadi cedera," tambah Eni.

Pelecut Rebut Prestasi

Sekjen PB PASI Tigor Tanjung menyebutkan peminat dari nomor lomba jarak pendek 100 meter meningkat pada Kejuaraan Nasional Atletik U-18, U-20 dan Senior 2019 yang berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat pada awal Agustus kemarin.

"Secara umum menarik ya, sampai delapan seri hitnya. Makin banyak setelah ada prestasi positif Lalu Muhammad Zohri yang menjadi juara dunia atletik U-20 dan lolos Olimpiade," ujar Tigor Tanjung

Hingga, atlet lari asal Nusa Tenggara Barat (NTB) Iswandi mengaku bahwa sosok serta prestasi yang ditorehkan Muhammad Zohri menjadi motivasinya untuk kembali menunjukan kapasitas sebagai salah satu pelari terbaik Indonesia.

Iswandi bercerita saat masih berada di level puncaknya sebelum dibekap cedera hamstring, ia selalu memotivasi Zohri untuk terus berkembang. Hasilnya terbukti, Zohri menjadi salah satu pelari tercepat yang dimiliki Indonesia saat ini.

"Zohri yang dulu termotivasi sama saya, sekarang saya yang termotivasi sama dia," ujar Iswandi.

Bahkan kata dia, Zohri selalu memanggilnya "Guru" ketika meminta masukan kepada Iswandi. Menariknya, kondisi itu kini berbalik dan Zohri lah yang selalu memberikan motivasi kepada Iswandi.

Bahkan pelari nasional asal Jawa Timur yang juga rekannya pelatnas, Mochamad Bisma Diwa Abina mengaku tidak pernah malu belajar pada juniornya (Lalu Muhammad Zohri). "Saya tidak pernah malu, selama itu baik," ujar Bisma.

Menurut Bisma, Zohri yang lebih muda empat tahun darinya mempunyai pola hidup dalam berlari bagus, mulai dari teknik berlari, disiplin latihan, pola makan, hingga jadwal istirahat, yang sejak delapan bulan bersama di pelatnas PB PASI. Selain itu Zohri memang mempunyai bakat alami dan teknik berlarinya bagus.

"Start nya powerfull, titik maksimal tegak masih ada terus, bahkan sampai finis tekniknya main terus, hingga angkat paha nya," kata Bisma.

Dia mengaku kebiasaannya menjelang 20 meter finis paha sudah turun, untuk segera masuk finis yang membuat badan tidak kontrol. Dan yang membuat sebenarnya mengurangi kecepatan lari.

"Ketika di Century (wisma atlet) saya melihat Zohri pukul 22.00 WIB sudah tidur, kalau saya masih bermain gitar hingga mendengarkan musik melalui headset," kata Bisma menambahkan.

Bisma mengatakan, sebelum mengenal Zohri dan masuk pelatnas, catatan waktu terbaik Bisma di 100 meter adalah 10,70 detik ketika ikut Kejurnas Atletik 2018, dan di 200 meter adalah 21,57 detik ketika ikut Kejurnas Atletik 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement