Selasa 20 Aug 2019 14:02 WIB

Pelaku Usaha di Palu Kesulitan Bahan Baku Bawang Goreng

Palu terkenal sebagai daerah produsen bawang goreng.

Red: Reiny Dwinanda
Pelaku usaha kecil berbasis digital (e-digital) memasukkan bawang goreng dalam kemasan yang dipasarkan secara daring di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (13/7).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Pelaku usaha kecil berbasis digital (e-digital) memasukkan bawang goreng dalam kemasan yang dipasarkan secara daring di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Palu, Sulawesi Tengah, mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku bawang goreng dalam beberapa bulan terakhir. Alhasil, bawang segar pun didatangkan dari Palasa, Kabupaten Parigi Moutong.

"Bahan baku bawang goreng susah diperoleh sehingga harus mendatangkan dari luar daerah," kata Sri Rejeki, salah seorang pelaku usaha yang bergerak di bidang usaha bawang goreng di Kota Palu, Selasa.

Baca Juga

Langkah ini dilakukan mengingat bahan baku bawang goreng di Lembah Palu dan Kabupaten Sigi sangat terbatas. Agar bisa tetap memproduksi bawang goreng guna memenuhi permintaan pasar yang semakin semakin meningkat, Sri mencari bahan baku bawang goreng ke Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) meski jarak dari Palu cukup jauh dengan biaya yang mahal.

Harga bahan baku bawang goreng di tingkat petani di sentra produksi di Palasa, Kabupaten Parimo, berkisar Rp 30 ribu/kg. Harganya sebenarnya lebih rendah dibandingkan harga di Lembah Palu dan Sigi yang mencapai Rp 40 ribu/kg.

"Memang dilihat dari harga jauh lebih murah, tetapi kualitasnya,jauh lebih rendah dibandingkan produksi petani di Lembah Palu dan Sigi," kata Sri.

Namun demikian, Sri tetap membelinya karena tidak ada stok bahan baku bawang goreng di Palu dan Sigi. Sejak mengalami kesulitan bahan baku bawang goreng, para pengusaha terpaksa mengurangi produksi.

"Hari ini kami hanya bisa memproduksi bawang goreng sebanyak 70 kg saja," kata dia.

Sri mengatakan tidak menaikkan harga jual, meski bahan baku bawang goreng sulit diperoleh.Harga penjualan tetap mengacu kepada standar harga yakni, Rp 300 ribu/kg.

Menurut dia, tidak bisa memenuhi semua permintaan pesanan dari konsumen sebab produksi bawang goreng dalam beberapa bulan terakhir ini, terutama setelah bencana alam gempa bumi 7,4 SR yang menimbulkan tsunami dan liukuefaksi di sejumlah wilayah di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Bencana alam tersebut menyebabkan banyak lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Sigi hancur dan hingga kini belum juga dikelola para petani, sebab irigasi yang selama ini mengairi lahan pertanian di sejumlah kecamatan di Kabupaten Sigi rusak total.

Banyak lahan-lahan yang sekarang belum digarap petani sebab tidak ada irigasi. Tanah-tanah yang selama ini ditanami berbagai komoditi pertanian dan hortikultura, termasuk bawang untuk bahan baku bawang goreng hanya dibiarkan telantar.

"Ini penyebab utama stok bahan baku bawang goreng sangat kurang di pasaran di Kota Palu sehingga pelaku usaha industri bawang goreng dihadapkan pada kesulitan bahan baku dan sangat berpengaruh terhadap produksi dan biaya operasional yang cenderung membengkak," ujar Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement