Kamis 29 Aug 2019 00:31 WIB

Tekan Pneumonia, Dinkes Jatim Gencarkan Sosialisasi Imunisas

Lebih dari 70 persen penderita pneumonia di Jatim adalah balita.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ani Nursalikah
 Bakteri mycoplasma penyebab pneumonia, infeksi pada alat kelamin dan saluran kemih.
Foto: Shutterstock
Bakteri mycoplasma penyebab pneumonia, infeksi pada alat kelamin dan saluran kemih.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengakui, angka penderita pneumonia di Jatim masih tinggi. Meskipun, yang bersangkutan tidak menyebut angka pastinya. Kohar mengungkapkan, penderita penyakit infeksi yang menyerang paru tersebut adalah anak di bawah lima tahun, yang jumlahnya lebih dari 70 persen.

Kohar mengungkapkan betapa berbahayanya penyakit tersebut, terutama jika penanganannya tidak tepat, maka bisa menyebabkan sesak napas, hingga kematian. Kohar mengatakan, pencegahan efektif untuk mengatasi penyakit pneumonia adalah dengan cara imunusasi. Namun demikian, kata Kohar, kesadaran masyarakat Jatim untuk melakukan imunisasi belum maksimal.

Baca Juga

"Imunisasi ini adalah upaya menumbuhkan daya tahan tubuh seseorang. Secara kemasyarakatan, kita butuh kesadaran masyarakat. Terus terang kami kesulitan di daerah tertentu ada beberapa penolakan masyarakat," ujar Kohar dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Jurnalis Sahabat Anak di Hotel Kampi Surabaya, Rabu (28/8).

Kohar menegaskan, untuk menekan angka pneumonia, kesadaran imunisasi masyarakat menjadi kunci utama. Maka dari itu, sosialisasi ke masyarakat terkait pentingnya imunisasi untuk memproteksi anak-anak dari penyakit pneumonia, terus digencarkan. Sehingga, daya tahan tubuh meningkat dan ada virus, tidak sampai turun ke paru-paru.

Kohar mengungkapkan beberapa tantangan saat mensosialisasikan pentingnya imubisasi kepada masyarakat. Di antaranya  masyarakat menolak lantaran takut terhadap efek samping yang timbul terhadap anak, setelah menjalani imunisasi. Dimana, terkadang anak menjadi panas setelah menjalani imunisasi.

"Kami melakukan penjelasan ke masyarakat dan tim pendamping. Efek samping ada, tapi setelah itu daya tahan tubuh anak menjadi kuat. Semisal begini kalau kita ingin sehat, minum jamu saja masih dicekoki itu juga bisa muntah juga. Tapi bukan itu, tapi dengan masuknya jamu daya tahannya bagus. Imunisasi juga begitu," ujar Kohar.

Selain imunisasi, cara tepat lain untuk menekan anak penderita pnrumonia adalah sosialisasi pentingnya makanan bergizi. Masyarakat perlu memperhatikan asupan gizi sang anak.

Dokter spesialis anak dari RSUD dr. Soetomo Surabaya, Dominicus Husada mengungkapkan, WHO, Unicef dan organisasi internasional sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka penyakit pneumonia dan diare. Kedua penyakit ini disebut-sebut sebagai penyakit tertinggi penyebab kematian bagi bayi dan balita.

"Kematian yang paling besar ini yang perlu diprioritaskan karena mereka (diare dan pneumonia) dua besar. Kalau kita bisa poyong, salah satu minimal, maka angka kematian bisa menurun drastis," ujar Dominicus.

Dominicus mengingatkan masyarakat untuk menjalankan imunisasi, agar anak terhindar dari penyakit pneumonia. Karena kata dia, dari pada mengobati, akan lebih baik jika melakukan pencegahan sejak awal, yakni lewat imunisasi. Dominicus menyatakan, saat ini pemerintah Indonesia sudah menyediakan sembilan imunisasi gratis bagi anak.

Jika anak Indonesia menjalani minimal empat dari sembilan imunisasi tersebut, maka bisa menekan angka pneumonia. "Pemerintah indonesia saat ini memberi imunisasi untuk 9 penyakit pada anak dan bayi. Sebanyak sembilan penyakit yang ada imunisasinya sudah gratis dan diharapkan semuanya dapat. Minimal empat ini bisa menekan pneumonia," kata Dominicus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement