Rabu 04 Sep 2019 23:03 WIB

Anies: Buku tak Laku Bukan karena Harganya, Melainkan Minat

Anies mengatakan minat membaca tinggi ketika membaca pesan di WhatsApp.

Red: Ratna Puspita
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan sambutaan dalam pembukaan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (4/9).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan sambutaan dalam pembukaan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai buku-buku tidak laku bukan karena harganya yang terlalu tinggi. Namun, ia mengatakan, lantaran daya baca masyarakat yang rendah meski minat bacanya ada.

"Saya agak khawatir bahwa sesungguhnya di Indonesia itu bukan kita tidak punya minat baca, minat bacanya mungkin ada, melainkan daya bacanya yang rendah. Kita harus bedakan antara minat baca dan daya baca," kata Anies di Jakarta, Rabu (4/9).

Baca Juga

Anies mencontohkan buku Capital in the First Century karya Thomas Piketty yang tebalnya mencapai 800 halaman. Menurut dia, yang jadi tanda tanya apa ada yang beli walau sudah diterjemahkan, pemerintah menyubsidi, dan harga murah.

"Asumsikan harganya disubsidi habis-habisan sehingga dari harga Rp800 ribu cuma Rp30 ribu. Saya hampir yakin tidak laku. Bukan persoalan harganya, melainkan persoalan daya bacanya. Oleh karena itu, target yang harus kita dorong sesungguhnya bukan hanya meningkatkan minat baca," ujarnya.

Minat baca masyarakat Indonesia, kata dia, cukup tinggi. Akan tetapi, dalam membaca pesan di aplikasi WhatsApp. "Alhamdulillah, minat baca kita tinggi, minat baca WA itu cukup tinggi. Bangun pagi buka WA, minat baca tinggi. Akan tetapi, WA pun begitu agak panjang lewat," katanya.

Ia mengapresiasi para penulis yang menulis novel tebal dan laris di pasaran yang berkontribusi dalam mendorong daya baca. Anies mencontohkan buku serial Harry Potter yang tebalnya ratusan halaman dan dibaca anak-anak. Hal itu dapat merangsang daya baca sejak kecil.

"Kemampuan untuk membaca, mencerna materi-materi yang serius, panjang, dan membutuhkan usaha kognitif yang ekstra itu menurut saya harus kita dorong lebih jauh karena trennya sekarang kita membaca twit-twit singkat, kemudian WA singkat, meskipun sesungguhnya materi panjang itu menarik," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement