Kamis 05 Sep 2019 14:57 WIB

Minat Baca Masih Terkendala Akses pada Buku

Akses pada buku masih terbatas terutama di daerah terdepan, terluar, dan terpencil.

Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah anak membaca buku. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah anak membaca buku. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rendahnya minat baca masyarakat dikarenakan kurangnya akses masyarakat pada buku terutama di daerah terdepan, terluar dan terpencil (3T). Hal itu diungkapkan Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Firman Venayaksa.

"Hingga saat ini akses pada buku masih terbatas, terutama di daerah 3T. Hal ini yang menyebabkan minat baca masih rendah," ujar Firman di Jakarta, Kamis (5/9).

Menurut dia, minat baca akan meningkat jika buku tersedia di masyarakat. Selama ini, buku-buku lebih banyak beredar di kota, seperti perpustakaan daerah biasanya terletak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. "Jarang ada perpustakaan milik pemerintah di desa-desa," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, pegiat literasi membuat TBM yang bertujuan mendekatkan buku dengan masyarakat karena minat baca dipengaruhi akses terhadap buku bacaan.

Firman juga meminta pemerintah untuk hadir dalam upaya pemerataan buku.

Dia memberi contoh biaya mengirimkan buku ke Papua lebih mahal dibandingkan harga bukunya.

Saat ini memang ada program pengiriman gratis dari Kemendikbud bekerja sama dengan Pos Indonesia, akan tetapi kendalanya buku tersebut harus dibawa terlebih dahulu ke perwakilan PAUD Dikmas di daerah.

"Kantor PAUD Dikmas itu adanya di kota, kalau memungkinkan bisa seperti dulu, yang mana bisa langsung mengirim buku melalui kantor pos."

Menurut dia, sistem seperti itu lebih efektif dibandingkan seperti saat ini. Pengiriman buku juga hendaknya harus rutin. Meskipun demikian, ia memahami karena belum ada payung hukum mengenai pengiriman buku tersebut.

"Kami mendorong agar segera terbit aturan yang mengatur hal itu. Bisa dalam bentuk instruksi presiden atau lainnya sehingga pengiriman buku ini bisa tetap berlangsung," kata dia lagi.

Ke depan dia berharap sinergitas antara pengelola TBM dan pemerintah daerah semakin diperkuat, sehingga tujuan meningkatkan minat baca masyarakat dapat terwujud.

"TBM merupakan gerakan penuntasan buta aksara seperti yang didambakan Presiden Soekarno saat Indonesia merdeka. Sekarang tumbuh dan jumlahnya luar biasa, yang diperlukan saat ini adalah sinergitas dengan pemerintah daerah diperkuat lagi," harap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement