Senin 09 Sep 2019 08:58 WIB

Bagaimana Agar tak Sulit Air Saat Kemarau?

Mitigasi bencana perlu dipelajari untuk menyelamatkan diri sendiri atau orang lain.

Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, Salam pembaca,

Mulai pekan ini dan seterusnya, redaksi akan menayangkan tanya jawab seputar kebencanaan bersama Bapak Dr Agus Wibowo selaku Pelaksana tugas Kapusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pertanyaan bisa disampaikan melalui alamat email: [email protected].

Pertanyaan

Alhamdulillah di tempat kami tak ada bencana longsor atau banjir. Hanya saja karena kami tinggal di daerah pegunungan kalau musim kering kami kerap kesulitan air bersih.

1.    Seberapa penting kami dan keluarga memahami bencana-bencana dimaksud?

2.    Perlukah keluarga termasuk saya diberikan pelatihan kebencanaan?

Siti Khoirul Bariyah, 27 tahun, warga Kampung Kebagusan, Bojong Tegal, Tegal, Jateng

Jawaban:

Jawaban ini sekaligus menjawab 2 pertanyaan Ibu Siti Khoirul Bariyah di atas. Mengacu pada hasil survey situasi penyelamatan pada kejadian bencana gempabumi di  Kobe, Jepang tahun 1995 bahwa kurang lebih 90 persen orang selamat karena dapat menyelamatkan diri sendiri, diselamatkan oleh anggota kerluarga dan diselamatkan oleh tetangga.

Dari informasi ini dapat kita ketahui bahwa pengetahuan tentang bencana dan cara menyelamatkan diri dari bencana sangat perlu untuk dipelajari oleh setiap orang baik untuk keperluan menyelamatkan diri sendiri atau untuk menyelamatkan orang lain yang ada didekatnya.

Pemahaman tentang bencana terutama karakteristik dan ciri-ciri masing-masing bencana perlu dipelajari. Sebab, setiap bencana mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tertentu.

Sebagai contoh bencana tsunami biasa terjadi didahului dengan adanya gempa yang cukup kuat, air laut surut, adanya suara gemuruh karena datangya gelombang tsunami menuju pantai. Walau ada jenis tsunami yang tidak ada tanda-tanda seperti tersebut, misal kejadian tsunami senyap pada tanggal 22 Desember 2018 di Pantai Banten.

Alhamdulillah tempat tinggal Ibu Siti tidak ada bencana longsong dan banjir tetapi pada musim kering mengalami kesulitan air. Hal ini disebabkan karena rahmat Allah yaitu air hujan yang jatuh di wilayah hanya sedikit tersimpan di dalam tanah.

Ini karena kemungkinan kurangnya pepohonan yang dapat menyimpan air hujan lebih lama lagi di dalam tanah. Disarankan agar Ibu Siti dan warga sekitar banyak menanam pepohonan agar dimasa kering masih ada air yang bisa dimanfaatkan.

Jadi Ibu Siti Khoirul Bariyah dan Sahabat Tangguh Bencana lainnya tetap perlu belajar tentang bencana dan cara menyelamatkan diri agar dapat menyelamatkan diri sendiri serta menyelamatkan orang lain. Salam Tangguh!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement