Kamis 19 Sep 2019 22:03 WIB

AI Diharapkan Perbaiki Kualitas dan Akses Pendidikan

Kemendikbud gelar konferensi internasional pemanfaatan artificial intelligence (AI).

Red: Irwan Kelana
Suasana jumpa pers konferensi internasional mengenai kecerdasan buatan (AI).
Foto: Dok SEAMEO
Suasana jumpa pers konferensi internasional mengenai kecerdasan buatan (AI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini tengah dikembangkan secara serius di berbagai penjuru dunia.  Teknologi ini berpotensi meniru bahkan mengambil alih pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia dalam aspek-aspek tertentu.

Beberapa perusahaan teknologi telah menerapkan AI di antaranya Amazon, Facebook, Microsoft, hingga Google. UNESCO  juga merekomendasikan pemanfaatan AI untuk pendidikan, dan beberapa negara di dunia seperti Inggris, Prancis, India, Korea Selatan, dan Singapura sudah merumuskan AI sebagai kebijakan nasional.

AI diharapkan akan memperbaiki kualitas dan akses pendidikan dalam banyak hal, di antaranya mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan personal. Pembelajaran dengan dukungan AI ini merupakan pembelajaran yang dipersonalisasi sehingga meningkatkan pengalaman pribadi belajar siswa. Pembelajaran dengan dukungan AI diyakini dapat meningkatkan fokus siswa karena AI memiliki kemampuan untuk mengarahkan proses belajar siswa secara individu dan mengenali area yang dibutuhkan untuk menemukan cara pengajaran yang tepat bagi siswa.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI) melalui 7 SEAMEO Centre di Indonesia bekerja sama dengan SEAMEO Secretariat, UNESCO, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyelenggarakan konferensi internasional yang bertemakan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan Dalam Kebijakan dan Praktik Pendidikan untuk Asia Tenggara. Kegiatan itu diadakan di Jakarta,  18-19 September 2019.

Siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (19/9) menyebutkan, konferensi ini menghadirkan pembicara utama, Yanuar Nugroho PhD (deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi, dan Budaya Strategis, Kantor Staf Presiden Indonesia), Fengchun Miao PhD (kepala ICT UNESCO Paris), Dr Ethel Agnes P Valenzuela (direktur SEAMEO Secretariat Bangkok), Mr Bilal Musharraf (wakil Presiden Pengembangan Strategi dan Bisnis Edmodo), dan 34 pembicara lainnya yang berskala internasional dari Prancis, Amerika, Cina, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Indonesia, dan diikuti oleh 300 peserta. 

“Konferensi ini berperan sebagai sebuah forum untuk mengidentifikasi kebijakan yang akan memperkuat sistem pendidikan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melalui AI, dan bertujuan untuk menyediakan wadah berbagi praktik-praktik terbaik dari hasil penelitian dan pengembangan AI dan potensinya dalam dunia pendidikan regional,” kata  Ketua Panitia, R Alpha Amirrachma MPhil,  PhD.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno PhD menyatakan bahwa saat ini Kemendikbud melalui kolaborasi antara SEAMEO SEAMOLEC dan SEAMEO RECFON tengah mengembangkan AI di bidang nutrisi. “Pengembangan AI juga dilakukan bekerja sama dengan Pustekkom Kemendikbud untuk diterapkan pada Rumah Belajar Open Educational Resources (OER) Hub dengan mengoptimalisasi dan mempersonalisasi penggunaannya,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi PhD berharap, pemanfaatan teknologi terutama AI mampu mendorong  kualitas dan akses masyarakat terhadap pendidikan.  “Bukan hanya pada jenjang perguruan tinggi, tapi juga terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta masyarakat luas,” tuturnya.

Yanuar Nugroho PhD, deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi, dan Budaya Strategis, Kantor Staf Presiden Indonesia menegaskan, kemajuan teknologi adalah bagian dari, dan harus dimanfaatkan untuk, membangun keadaban (civility) manusia. Dalam hal ini, AI sebagai satu pilar Revolusi Industri 4.0 bisa berperan sentral dalam memfasilitasi proses belajar yang termediasi oleh teknologi. “Misalnya, dengan big data, AI bisa membantu proses identifikasi talenta unggul, pemetaan munculnya keahlian-keahlian yang dibutuhkan, dan mendorong inklusivitas pendidikan,” paparnya. 

Ada tujuh sub-tema yang menjadi topik bahasan konferensi, yaitu: tren mutakhir dari AI yang humanis, tantangan dan kesempatan; penelitian dan perencanaan AI pada kebijakan pendidikan negara-negara Asia Tenggara; pengembangan AI untuk pendidikan; mempromosikan bakat-bakat digital dalam rangka pengembangan nilai dan keterampilan pada era AI; perkembangan mutakhir ekosistem AI; pendidikan jarak jauh untuk memastikan pendidikan yang inklusif dan sepanjang hayat melalui AI; dan praktik-praktik baik dari penggunaan AI pada pengajaran dan pembelajaran.

Ketua panitia, R Alpha Amirrachma yang juga merupakan direktur SEAMEO SEAMOLEC menanambahkan,  konferensi internasional ini melibatkan beberapa institusi sebagai berikut: 13 industri, empt universitas, dua organisasi internasional (UNESCO dan SEAMEO), dan tiga kementerian.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement