Selasa 08 Oct 2019 16:10 WIB

Pekanbaru Temukan 3.700 Kasus TB Paru

Pekanbaru menargetkan makin banyak pengidap TB paru yang terdeteksi, terobati.

Red: Reiny Dwinanda
Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis (TB) tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.
Foto: Wikipedia
Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis (TB) tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, selama periode Januari-Juli 2019 menemukan kasus tuberkulosis (TB) paru sebanyak 3.700 kasus. Jumlah itu baru sekitar 10-11 persen dari target program yang ditetapkan Kemenkes RI untuk menjaring sebanyak 30.888 kasus sepanjang tahun 2019.

"Jumlah penderita TB Paru yang ditemukan berasal dari Puskesmas dan juga rumah sakit di Kota Pekanbaru," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Diskes Pekanbaru, Maisel, dalam lokakarya Penguatan jejaring layanan TBC di fasilitasi kesehatan rujukan tingkat lanjut (RS) di Pekanbaru, Selasa.

Baca Juga

Menurut dia, capaian temuan kasus TB Paru itu dibarengi juga dengan tingkat keberhasilan pengobatan pasien TB Paru. Di lain sisi, ia tidak merinci jumlah pengidap TB paru yang meninggal.

Maisel menyebutkan, temuan penderita dan keberhasilan pengobatan dilakukan dengan inovasi kasus melalui atau penyisiran data rekam medis penderita TB paru atau melalui upaya jemput bola di RS, Puskesmas, dan klinik.

"Seluruh lapisan masyarakat harus terlibat untuk mengeleminasi TBC untuk mencapai target ditetapkan di Indonesia sebelum tahun 2030, sehingga perlu komitmen multi sektor dalam upaya pencegahan dan pengendaliannya," katanya.

Oleh karena itu, Maisel menyerukan agar setiap orang memeriksakan diri secara dini mungkin bila menunjukkan gejala penyakit TB agar dapat segera diobati sampai sembuh. Dengan demikian, kelak tidak ada lagi sumber penularan penyakit tuberkulosis pada masyarakat.

Maisel mengilustrasikan, jika seorang bapak dalam satu keluarga menderita TB paru maka ia berpotensi menularkan ke 10 orang di sekitarnya. Penularan penyakit itu sangat mudah terjadi lewat perantara udara.

Dinkes Kota Pekanbaru, menurut Maisel, terus menggencarkan gerakan temukan tuberkoulosis obati sampai sembuh. Selain itu, diupayakan penemuan pasien secara masif sekaligus mendorong pasien TB untuk memeriksakan diri dan melakukan pengobatan hingga tuntas.

"Karena itu perlu diketahui gejala utama TB paru adalah selama tiga pekan batuk berdahak secara terus menerus, berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas, badan menjadi lemah, dahak bercampur dengan darah atau penderita batuk berdarah, rasa sakit pada dada dan sesak napas, demam lebih dari sebulan, dan napsu makan menurun sehingga berat badan menurun pula," paparnya.

Dr Rohani Lasmaria Simbolon SpP menjelaskan, TB paru disebabkan oleh bakteri mikrobaktorium tuberklosa. Bakteri itu ada di dahak atau di ludah penderita sehingga bisa ditularkan ke orang lain saat penderita batuk atau bersin. Untuk bisa sembuh, menurut Rohani, penderita TB paru harus rutin meminum obat yang telah diberikan oleh dokter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement