Senin 21 Oct 2019 05:10 WIB

UNS Identifikasi Fauna Langka di Hutan Bromo Karanganyar

Hasil peneltian dari tim fauna telah menemukan 44 spesies burung langka.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Elang Ular Bido (Spilornis Cheela). (Ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Elang Ular Bido (Spilornis Cheela). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Tim peneliti dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengidentifikasi sejumlah fauna langka di hutan Gunung Bromo Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Gunung Bromo merupakan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang pengelolaannya diserahkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup kepada UNS sejak April 2018.

Tim peneliti fauna sekaligus dosen Pengelolaan Hutan di Fakultas Pertanian UNS, Ike Nurjuita Nayasilana, mengatakan hasil peneltian dari tim fauna telah menemukan 44 spesies burung termasuk tiga jenis raptor atau burung pemangsa, kemudian 19 spesies reptil, 36 jenis kupu-kupu, dan tiga jenis mamalia. Spesies burung endemik yang ditemukan yakni bubut Jawa, dimana biasanya ditemukan di rawa-rawa.

Baca Juga

Tiga jenis raptor tersebut yakni, elang ular karena lehernya seperti ular, kemudian elang bido, serta elang hitam. Ada banyak sekali jenis elang di dunia, khusus di asia ada 250-an jenis elang. Di Indonesia, ada empat jenis elang yang hidup di darat, yakni elang ular, elang Jawa, elang bido dan elang hitam. Selain itu, ada juga elang yang hidup di laut.

Menurutnya, empat jenis elang darat tersebut lebih banyak ditemukan di Jawa Barat seperti di kawasan Gunung Gede-Pangrango, Halimun, Ciremai. Dia juga heran di Jawa Tengah bisa didapatkan tiga jenis di kawasan Gunung Bromo Karanganyar.

"Elang hitam ada jantan dan betina, ada sarangnya, jadi ada kemungkinan breeding-nya. Kami akan coba observasi lebih lanjut terkait breeding (pembibitan)," terang Ike kepada wartawan di kawasan hutan Gunung Bromo Karanganyar, Jumat (18/10).

Elang memegang posisi rantai makanan tertinggi pada ekosistemnya. Makanan elang ular khusus ular, sedangkan elang bido makanannya jenis mamalia tikus, sementara elang hitam pemakan segala jenis seperti mamalia kecil, kadal dan burung.

Kemudian, untuk speises reptil, tim fauna UNS menemukan 19 spesies tetapi semua jenis hampir umum ditemukan tempat lain. Namun, ada dua jenis reptil dilindungi yang ditemukan di kawasam tersebut.

Untuk insekta, ditemukan kupu-kupu endemik dilindungi warna kuning hitam dan kupu-puku warna putih coklat. Menurutnya, kupu-kupu masih cukup banyak ditemukan di hutan Bromo. Selanjutnya, tiga jenis mamalia yang ditemukan yakni masing-masing saru spesies kelelawar, tikus, dan bajing. "Menurut informasi ada landak dan kancil tetapi kami belum ketemu," imbuhnya.

Tim fauna UNS diketuai oleh dosen Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sugiyarto. Total tim ada delapan orang. Selain dosen, tim tersebut juga mengerahkan lima mahasiswa yang melakukan penelitian skripsi.

Divisi Inovasi dan Pengembangan Usaha UPT Pusdiklat Kehutanan UNS, Retno Tanding Suryandari, mengatakan, ada sejumlah satwa langka yang sudah diidentifikasi di hutan Bromo. Di antaranya, burung kakak tua raja. Padahal, kawasam tersebut bukan habitat kakak tua raja. UPT telah melaporkan ke pihak berwenang sehingga satwa tersebut sudah diamankan. Selain itu, juga ditemukan berbagai fauna langka seperti kupu-kupu. "Kami melakukan beberapa program bahwa habitat itu tidak terganggu sehingga bisa berkembang biak lebih bagus," ucap Retno.

Di sisi lain, UPT Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan UNS juga melakukan pemberdayan ekonomi kepada warga sekitar hutan. Pemberdayaan diawali kegiatan pelatihan pengembangan ekonomi untuk pengembangan ekowisata dan UMKM. Tujuannya agar masyarakat sekitar ikut menjaga Hutan Bromo dan tidak merambah hutan dengan tujuan tidak baik.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik UNS, Ahmad Yunus, mengatakan, di dalam hutan menjadi pengharapan dari sumber daya genetik yang bisa digunakan untuk berbagai tujuan seperti pangan, obat-obatan, keseimbangan ekologi, dan kestabilan alam. Sehingga dalam fungsi pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan. Selain itu, hutan sebagai sumber keragaman hayati baik flora, fauna maupun mikrobia.

"Akan sangat banyak sekali yang akan kita gali spesies-spesies yang belum kita lihat selama ini. Segera kita lakukan penelitian observasi dengan tujuan lebih baik untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat," ujar Ahmad Yunus.

Ahmad Yunus menambahkan, UNS sudah melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar diajak bersama untuk menjaga hutan. Dari segi keamanan, UNS juga menambah polisi hutan yang menjaga siang malam secara bergiliran. "Kalau kita sering ada disini dan masyarakat tahu kalau hutan digunakan untuk pendidikan dan pelatihan dan mengajak masyarakat, akan menyadarkan masyarakat sekitar sini untuk lebih memiliki hutan ini. Sehingga orang-orang yang semula ingin berbuat tidak baik akan bisa sama-sama saling menjaga," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement