Rabu 23 Oct 2019 08:34 WIB

BMKG: Waspadai Suhu Panas

Masyarakat diimbau perbanyak konsumsi air mineral.

Red: Budi Raharjo
Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas. (ilustrasi)
Foto: EPA
Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia terasa lebih panas dan terik pada siang hari. Fenomena tersebut diprediksi akan terus berlangsung hingga satu pekan ke depan.

Berdasarkan pantauan BMKG dalam dua hari terakhir, atmosfer di Indonesia bagian selatan relatif lebih kering. Pertumbuhan awan di atas wilayah tersebut menjadi terhambat sehingga tidak mampu menghalangi terik sinar matahari.

Baca Juga

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo mengatakan, minimnya tutupan awan akan memicu peningkatan panas permukaan bumi. Hal itu kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara.

“Berdasarkan persebaran suhu panas, yang dominan berada di selatan khatulistiwa. Hal ini erat kaitannya dengan gerak semu matahari,” ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Mulyono menjelaskan, sejak September 2019 matahari telah berada di sekitar wilayah khatulistiwa. Posisi matahari akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember 2019.

Dengan demikian, selama Oktober posisi semu matahari akan berada di Indonesia bagian selatan. Di antara wilayah yang terdampak fenomena tersebut adalah Pulau Jawa, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Provinsi Sulawesi Selatan.

Gerak semu matahari merupakan suatu siklus tahunan. Artinya, lanjut Mulyono, potensi suhu udara panas dapat berulang pada tahun mendatang dalam periode yang sama.

Dia mengimbau masyarakat untuk lebih sering mengonsumsi air mineral agar terhindar dari dehidrasi. Selain itu, publik dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Pihaknya juga meminta seluruh pemerintah daerah di wilayah Indonesia bagian selatan untuk mewaspadai faktor-faktor yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Fenomena udara panas dilaporkan melanda Semarang, Jawa Tengah. BMKG setempat mencatat suhu udara di kota tersebut menyentuh rekor, yakni 39,4 derajat Celsius, pada Selasa (22/10) siang sejak pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB.

“Rekor suhu tertinggi 39,4 derajat Celsius. Saat ini, matahari bergerak ke selatan, berada di atas wilayah Semarang. Logikanya, kalau matahari semakin dekat, akan semakin hangat,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Harmoko, Selasa.

Suhu udara di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, mencapai kisaran antara 33 hingga 35 derajat Celsius. Kepala BMKG Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, besaran suhu tersebut merupakan yang tertinggi di seluruh Papua. Namun, suhu udara di sekitar Sentani cenderung variatif karena pengaruh sejumlah faktor, seperti ketinggian, tutupan lahan, dan lintang. “Suhu udara terendah terjadi di Enarotali yang tercatat 15 derajat Celsius,” kata Petrus, Selasa.

photo
Angin yang cukup kencang mengakibatkan pohon tumbang. (ilustrasi)

Dampak Angin Kencang

Sejumlah wilayah Indonesia mulai memasuki masa pancaroba. Di beberapa daerah, angin kencang menyebabkan warga terpaksa mengungsi. Di Kota Batu, Jawa Timur, ratusan pengungsi yang menjadi korban sapuan angin kencang mulai dipulangkan ke rumah masing-masing sejak Selasa (22/10) sore.

Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu Abdur Khairur Rochim mengatakan, keputusan itu diambil dari hasil musyawarah berbagai instansi terkait. “Saat ini, masih dilaksanakan proses penyiapan pemulangan di masing-masing pos pengungsian sambil menunggu kedatangan kendaraan untuk pemulangan,” ujar Rochim, Selasa (22/10).

Berdasarkan laporan terakhir, sebanyak 668 pengungsi ditempatkan di enam titik, yakni rumah dinas wali kota Batu (143 orang), Balai Desa Tulungrejo (183 orang), Balai Desa Sidomulyo (138 orang), Balai Desa Punten (181 orang), dan Balai Desa Sumbergondo (23 orang).

Angin kencang yang melanda sejak Sabtu (19/10) hingga Ahad (20/10) lalu diketahui telah menyebabkan seorang warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, meninggal dunia. Beberapa warga lainnya juga mengalami luka-luka.

Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah menetapkan status darurat bencana angin kencang sejak Senin (21/10) hingga Rabu (23/10). Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, sebanyak 12 desa di tujuh kecamatan wilayah setempat dilanda angin kencang sejak Ahad (20/10) hingga sehari kemudian.

Akibatnya, puluhan rumah warga mengalami kerusakan cukup parah. Selain itu, sebanyak 853 keluarga atau sekitar 2.682 jiwa terpaksa mengungsi. “Kami siap melakukan penanganan darurat, termasuk mencukupi kebutuhan pengungsi,” ujar Zaenal Arifin di Magelang, Senin (21/10). n wilda fizriyani/antara ed: hasanul rizqa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement