Kamis 24 Oct 2019 00:50 WIB

Suhu Ekstrem di Makassar Hingga Akhir Oktober

Sifat angin yang berembus saat ini panas dan kering sehingga sangat rentan kebakaran.

Red: Ani Nursalikah
Cuaca panas. Ilustrasi
Foto: .
Cuaca panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Maros, Sulawesi Selatan menyatakan suhu udara ekstrem di Makassar akan terjadi hingga akhir Oktober 2019. Suhu di Makassar tercatat lebih dari 35 derajat Celsius.

"Saat ini, suhu udara di Kota Makassar dan sekitarnya, termasuk Gowa dan Maros cenderung meningkat, seperti hari ini masih di angka lebih dari 37 derajat Celsius," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Maros Hartanto, Rabu (23/10).

Baca Juga

Suhu udara yang terlampau ekstrem tersebut dipengaruhi beberapa faktor, seperti intensitas penyinaran matahari yang mencapai titik maksimum, tidak adanya tutupan awan signifikan, serta menguatnya angin timuran. Ia menyebut angin yang turun dari Gunung Lompobattang cenderung panas.

"Sifat angin yang berembus saat ini panas dan kering sehingga sangat rentan mengakibatkan kebakaran. Kita tetap harus waspadai api, mengingat ini masih musim kemarau sehingga masih terus kami pantau," katanya.

Menurut Hartanto, meski faktor cuaca bukan penyebab terjadinya kebakaran, cuaca ekstrem dianggap mampu memicu kebakaran dan bisa memperlambat pemadaman jika terjadi kebakaran. Hartanto meminta masyarakat tetap mewaspadai angin kencang dan menghindari aktivitas di luar rumah.

"Jika memang harus beraktivitas di luar rumah, sebaiknya masyarakat harus banyak mengonsumsi air agar tidak dehidrasi, begitu pula dengan konsumsi buah dan sayur," katanya.

Ia mengatakan, saat ini kelembaban udara di wilayah Makassar dan sekitarnya di bawah 50 persen yang bisa berdampak terhadap kesehatan hingga mengakibatkan tanaman layu. Oleh karena itu, kata dia, tubuh memerlukan banyak cairan.

Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Maros pada 20 Oktober 2019, suhu udara di Makassar mencapai 38,2 derajat Celsius. Kondisi itu menjadi suhu tertinggi untuk pengamatan sepanjang Oktober dan tahun ini, serta suhu tertinggi ketiga sepanjang tahun pengamatan BMKG.

Sebelumnya, suhu tertinggi 39,5 derajat Celsius pada 1997 dan 38,6 derajat Celsius pada Desember 1992. Kedua kondisi suhu itu terjadi pada tahun peristiwa El Nino yang mengakibatkan suhu kuat serta cenderung lebih panas di wilayah Indonesia karena curah hujan yang kurang.

"Kemarin Ahad (20/10) itu catatan suhu tertinggi pada tahun tanpa El Nino yang mencapai 38,2 derajat Celsius. Sementara hasil analisis kita, yang tertinggi suhu udaranya sekarang itu yakni Makassar, Gowa, dan Maros," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement