Senin 28 Oct 2019 14:26 WIB

Jabar akan Buat Aturan Siswa Sekolah tak Boleh Pakai Gawai

Tahun depan Jabar akan buat program sekolah tanpa gangguan gawai (setangkai).

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
 Ketua Tim Penggerak PKK Jabar, Atalia Praratya.
Ketua Tim Penggerak PKK Jabar, Atalia Praratya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penggunaan gawai pada anak di Jawa Barat (Jabar) semakin memperihatinkan. Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Jabar, Atalia Praratya, kasus kencanduan gawai pada anak semakin memperihatinkan. Hal itu, terlihat mulai banyak bermunculannya hingga ratusan orang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

"Ini terus setiap bulan ada kasus. Berdasarkan laporan yang kami terima anak yang adiksi game tahun ini ada 81 orang. Ini sangat prihatin," ujar Atalia kepada Republika.co.id di acara Seminar Kebahagian Anak di Jabar yang digelar di Universitas Islam Bandung (Unisba) akhir pekan lalu.

Baca Juga

Atalia menjelaskan, berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, pada bulan Januari siswa yang kecanduan game di Jabar ada 13 orang, pada Februari sebanyak 7 orang, Maret 8 orang, April 9 orang, Mei 9 orang, Juni 8 orang, Juli 7 orang, Agustus 7 orang, September 9 orang dan Oktober 6 orang.

"Ini sangat mengkhawatirkan kasus setiap bulan ada. Bahkan tak hanya kencanduan, yang terjadi anak ada yang menajdi juling sampai kejang," papar Atalia.

Atalia menilai, perlu ada berbagai upaya untuk menekan dampak negatif penggunaan gawai pada anak. Salah satu upaya yang dilakukan Pemprov Jabar bekerja sama dengan PKK Jabar adalah membuat regulasi untuk membatasi penggunaan gawai pada anak. Terutama, penggunaan handphone di sekolah.

"Tahun depan kami akan membuat program setangkai atau sekolah tanpa gangguan gawai," katanya.

Atalia menjelaskan, setelah aturan tersebut diberlakukan semua siswa di Jabar tak boleh ada yang menggunakan gadget di sekolah. Kecuali, untuk urusan tertentu misalnya ujian menggunakan gawai.

"Jadi, siswa boleh pakai HP hanya pada situasi tertentu saja," katanya.

Saat ditanya tentang kebijakan membagikan ayam untuk mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gawai, Atalia mengatakan, semua program pada dasarnya baik. Termasuk, membagikan anak ayam bisa menjadi salah satu alternatif yang ada. Namun, untuk Jabar sendiri mengurangi pemakaian gawai pada anak disesuaikan dengan hobi dan minat mereka.

"Kami memperkenalkan kembali pada permainan tradisional pada anak-anak agar tak hanya main gagdet. Jadi, sesuai dengan minat hobi mereka kalau senang olah raga arahkan kesana," katanya.

Namun, kata dia, yang paling penting bagaimana orang tua memberikan batasan-batasan pada anak harus seperti apa menggunakan gawainya. "Sampai usia 18 bulan tolong semua orang tua anak tak boleh terpapar gadget dalam bentuk apa pun. Termasuk layar TV," katanya.

Atalia berharap, semua anak di Jabar bisa menjadi anak yang bahagia. Yakni, di mulai dari orang tua yang bahagia atau suami istri harus bahagia. Anak pun, tak boleh di lepas begitu saja harus terus didampingi. "Kebahagian individu anak itu tergantung dari suasana di rumah," katanya.

Sementara menurut Dosen Psikologi Unisba, Ihsana Sabriani, ia melakukan penelitian terhadap anak di Jabar atau children survey dan menemukan banyak data yang menarik tentang kebahagaian anak di Jabar.

"Hasil survei secara umum anak-anak di Jabar bahagia. Saya liat dari skornya dibandingkan dengan anak dari negara lain, anak di Jabar sangat bahagia," katanya.

Namun, kata dia, dari hasil survei ia menemukan anak-anak di Jabar akan semakin bahagia kalau orang tua banyak meluangkan waktunya dengan keluarga, anak-anak di dengarkan pendapatnya oleh orang tua dan tak hanya dianggap sebagai anak kecil saja.

"Anak-anak di Jabar masih harus di dengarkan pendapatnya. Ini sebenarnya penelitian internasional tapi penelitiannya dilakukan di Jabar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement