Senin 28 Oct 2019 14:45 WIB

Suhu Panas Fenomena Normal di Masa Pancaroba

Masyarakat diminta mewaspadai angin kencang dan hujan lebat yang disertai petir.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga meminum air saat cuaca panas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Foto: Thoudy Badai
Warga meminum air saat cuaca panas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah daerah di Indonesia diketahui mengalami peningkatan suhu udara dalam beberapa hari terakhir. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, suhu panas merupakan fenomena yang umumnya berlangsung ketika masa pancaroba atau peralihan antara dua musim di negara-negara tropis, termasuk Indonesia.

"Suhu panas pada musim pancaroba, sekitar Oktober dan April hingga Mei, bukan gelombang panas atau cuaca ekstrem. Itu adalah fenomena tahunan yang normal," ujar Thomas, Ahad (27/10).

Dia mengatakan, ada tiga faktor uta ma yang mendorong terjadinya feno mena tersebut. Pertama, posisi matahari berada tepat di atas wilayah Indonesia bagian selatan. Karena itu, suhu udara di wilayah setempat terasa lebih panas daripada biasanya.

Kedua, minimnya tutupan awan. Ketiga, embusan angin yang membawa efek pendinginan dari kawasan beriklim subtropik sudah berhenti.

"Faktor tambahan yang ikut mendukung peningkatan suhu udara diistilahkan sebagai pulau panas perkotaan (urban heat island). Hal itu dipicu buangan emisi karbon dioksida dan asap sisa pembakaran mesin transportasi. Aktivitas industri dan rumah tangga juga menyebabkan pulau panas perkotaan. Karbon dioksida menahan pelepasan panas ke antariksa," kata dia.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, Indonesia tidak sedang mengalami gelombang panas, tetapi suhu panas. Gelombang panas dapat terjadi di wilayah lintang menengah dan tinggi, sedangkan peningkatan suhu jamak terjadi di kawasan dekat khatulistiwa, termasuk Indonesia, terutama pada masa pancaroba.

BMKG juga telah memperkirakan, awal musim hujan di banyak wilayah Indonesia pada tahun ini mundur hingga November dan Desember. Menurut Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin, hal itu disebabkan kondisi cuaca cerah masih mendominasi sebagian besar Tanah Air.

Daerah-daerah yang akan mengalami mundurnya permulaan musim hujan antara lain Sumatra Selatan, Pulau Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Begitu pula dengan Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kepulauan Maluku, dan Papua Barat. Keterlambatan awal musim hujan dapat berlangsung selama 20 hari.

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai fenomena suhu panas hingga sepekan ke depan. Miming menjelaskan, suhu udara di daerah yang mengalami keterlambatan musim hujan dapat mencapai 39 derajat Celsius. "Potensi suhu panas ini masih meliputi wilayah-wilayah di selatan ekuator," ujar Miming, Jumat (25/10).

Stasiun Klimatologi Maros yang memantau wilayah Sulawesi dan Maluku melaporkan kondisi udara di Makassar. Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Maros Hartanto, kelembapan udara di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan sekitarnya mengalami peningkatan.

"Keadaan itu cenderung menimbulkan rasa gerah. Hal ini disebabkan kandungan uap air di udara meningkat sehingga lebih terasa (suhu) panas karena kelembapan meningkat," ujar dia, Ahad.

Dalam kondisi normal, kelembapan udara di Makassar biasanya sebesar 50 persen. Namun, saat ini suhu udara mencapai 33 derajat Celsius dengan kelembapan 53 persen. Hingga akhir Oktober 2019, Hartanto melanjutkan, hujan mulai berpotensi turun di kota tersebut.

Suhu udara selama sepekan terakhir di sebagian wilayah Sulawesi Selatan berada di atas batas normal 35 derajat Celsius. Bahkan, pada 20 Oktober 2019, suhu udara di Ma kassar menembus 38,2 derajat Celsius.

Angin kencang diprediksi melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengeluarkan peringatan agar masyarakat mewaspadai fenomena angin kencang selama masa pancaroba.

"Kita minta warga mewaspadai angin kencang yang disertai petir dan hujan lebat," ucap Kepala Pelak sana Harian BPBD Kabupaten Lebak Kapraw, Ahad.

Pada Sabtu (26/10), angin kencang menimbulkan kerusakan berupa pohon tumbang dan papan-papan reklame yang roboh. Selain itu, atap sejumlah rumah juga ikut rusak. Namun, musibah tersebut tidak sam pai menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Menurut Kapraw, pihaknya telah menyebarkan surat peringatan kewaspadaan selama masa pancaroba kepada seluruh aparat kecamatan, desa, dan kelurahan. Berdasarkan laporan BMKG Serang, diperkirakan kecepatan angin di atas 30 knot.

"Karena itu, saat hujan dan angin kencang berlangsung, warga diminta berada di rumah dan dilarang berada di tanah lapang, di bawah pohon, dan di atas atap genting," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement