Jumat 01 Nov 2019 04:36 WIB

Pertemuan Peneliti-Swasta Perlu Ditingkatkan

Riset bisa menjadi sumber pemasukan negara.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Penelitian (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Moch Asim
Penelitian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pihak swasta menjadi pihak yang penting dalam mengembangkan riset di Indonesia. Terkait hal ini, peneliti mendorong agar pemerintah menjadi media untuk semakin meningkatkan komunikasi antara peneliti dan inovatot dengan pihak swasta. 

Profesor Riset di bidang Meteorologi dan Klimatologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Edvin Aldrian mengatakan selama ini pertemuan peneliti dengan swasta masih tergolong sedikit. Padahal, Edvin berpendapat riset dan inovasi bisa menjadi salah satu penyumbang besar pemasukan negara apabila dikelola dengan baik. 

Edvin mencontohkan negara Korea dan Taiwan, yang berhasil mendapatkan pemasukan tinggi dari hasil inovasi. Salah satu sumber utama yang menjadikan kedua negara tersebut bisa melewati tahapan middle income adalah dari industri manufaktur atau swasta. 

Industri-industri tersebut menjadi kuat karena memiliki peneliti-peneliti yang andal. "Bagaimana kita membantu swasta ini? Ya tentu peneliti di negara-negara ini harus membantu karena tanpa begitu, pendapatannya tidak akan naik karena tidak ada pertumbuhan dari inovasi," kata Edvin pada Republika, Kamis (31/10). 

Peneliti akan bisa menghasilkan banyak inovasi apabila didanai dengan baik. Swasta bisa memberi sumber dana penelitian yang cukup, di satu sisi hasil inovasi nantinya bisa dipasarkan swasta. Namun, hubungan yang baik tersebut perlu peran serta pemerintah. 

Edvin menyambut baik rencana pemerintah untuk mengurangi pajak swasta apabila bekerja sama dengan peneliti di Indonesia. "Bagusnya sih, ada insentif dari pemerintah agar pertemuan itu sering lebih terjadi sehingga swastanya akan mencari peneliti dan peneliti mencari swasta. Jadi peneliti tidak bekerja sendiri-sendiri," kata dia lagi. 

Ia juga menyinggung soal pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selama ini belum ada skema yang rinci dari fungsi dan tugas BRIN, namun badan tersebut diharapkan bisa mengkoordinasikan lembaga riset baik di kementerian ataupun di luar. 

Selain mengkoordinasikan lembaga riset, Edvin juga berharap dengan dibentuknya BRIN bisa meningkatkan kerja sama antara peneliti dan pihak swasta. "Sekarang ini sudah ada kebijakan baru BRIN itu kan. Tapi itu kan tujuannya untuk pemerintah. Sekarang jalur swastanya harus diperkuat lagi tadi terkait insentif pajak dan sebagainya," kata dia lagi. 

Sementara itu, Profesor Institut Teknologi Bandung (ITB) Mikrajudin Abdullah mengatakan hubungan peneliti dan swasta memang idealnya saling melengkapi. Peneliti atau ilmuwan mencari jawaban atas persoalan sains dan teknologi sementara swasta mengelola agar hasil penelitian tersebut bisa dijual. 

Oleh sebab itu, hubungan keduanya perlu didorong agar tercipta ekosistem riset yanh baik. "Di sini ada pembagian tugas yang jelas, di bagian mana porsi peneliti dan di bagian mana porsi perusahaan atau swasta," kata Mikrajudin menjelaskan. 

Direktur Eksekutif Apindo, Agung Pambudi mengatakan dunia usaha tentu senang bekerja sama dengan peneliti. Apalagi pada bidang-bidang yang benar-benar diperlukan sehingga bisa meningkatkan kemajuan perusahaan. 

Menurut dia, hubungan yang baik antara peneliti dan pengusaha harusnya dikembangkan sejak dulu. "Triple helix kerjasama perusahaan, penelitian/akademisi, pemerintah harusnya sudah dikembangkan dari dulu seperti di negara-negara maju," kata Agung menjelaskan. 

Ia pun berharap pemerintah bisa lebih sering meningkatkan pertemuan pengusaha dengan para peneliti. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong kontribusi swasta terhadap riset dengan kebijakan-kebijakan. 

"Betul, perlu meningkatkan pertemuan. Juga memastikan bahwa insentif super tax deductible untuk riset yang diatur dalam PP," kata dia lagi. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement