Jumat 01 Nov 2019 03:38 WIB

Whatsapp Disusupi Mata-Mata Israel, India Protes

India memprotes warganya menjadi target mata-mata Israel melalui Whatsapp.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nur Aini
WhatsApp
Foto: EPA
WhatsApp

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Menteri Teknologi India, Ravi Shankar Prasad menyatakan, dia meminta penjelasan kepada Whatsapp, terkait ketentuan pelanggaran privasi pada platform pengiriman pesan, yang telah mempengaruhi beberapa pengguna di negara tersebut. Seorang juru bicara Whatsapp dikutip dari surat kabar Indian Express pada Kamis (31/10) mengatakan, wartawan India dan para aktivis hak asasi manusia (HAM) menjadi target pengawasan oleh spyware Israel.

Komentar Whatsapp muncul setelah platform pengiriman pesan menggugat firma pengawasan Israel, NSO Group, pada Selasa (29/10). Whatsapp menuduh NSO Group membantu memata-matai pemerintah dengan membobol ponsel sekitar 1.400 pengguna di empat benua, termasuk para diplomat, oposisi politik, wartawan, dan pejabat pemerintah. Namun, NSO Group membantah tuduhan itu.

Baca Juga

“Kami telah meminta Whatsapp untuk menjelaskan jenis pelanggaran privasi ini dan apa yang dilakukannya untuk melindungi privasi jutaan warga India,” kata Prasad dalam sebuah cicitannya.

Whatsapp mengatakan tidak mau mengomentari cicitan Prasad, tetapi lebih merujuk pada pernyataan sebelumnya yang mengatakan perusahaan percaya orang memiliki hak dasar untuk mendapatkan privasi. Whatsapp menjamin tidak ada orang lain yang dapat mengakses percakapan pribadi seseorang.

Salah seorang jurnalis New Delhi, Sidhant Sibal mengatakan kepada Reuters, Citizen Lab Universitas Toronto yang menyelidiki spionase digital di antara proyek-proyek penelitian lainnya, memanggil Sibal sekitar sebulan yang lalu. Mereka memberitahukan kepadanya, bahwa akun Whatsapp-nya adalah salah satu dari beberapa yang masuk dalam pengawasan.

Awal pekan ini, Sibal menerima pesan teks dari Whatsapp, mengatakan perusahaan peduli tentang privasi dan keamanannya.

“Pada Mei, kami menghentikan serangan di mana aktor siber canggih mengeksploitasi panggilan video kami untuk menginstal malware pada perangkat pengguna,” kata Citizen Lab Universitas Toronto, yang menjelaskan mengapa itu ditulis kepada Sibal dan pengguna lain yang terkena pengawasan seperti dirinya.

“Ada kemungkinan nomor telepon ini terkena dampak, dan kami ingin memastikan anda tahu cara menjaga keamanan ponsel anda,” kata pihak Citizen Lab Universitas Toronto.

Citizen Lab dalam sebuah postingan di situs webnya pada 29 Oktober 2019, mengatakan pihaknya membantu Whatsapp menyelidiki insiden itu, dan akan terus menghubungi orang-orang yang terkena dampak untuk membantu melindungi keamanan mereka.

India adalah pasar Whatsapp terbesar dengan 400 juta pengguna. Tahun lalu pemerintah India mulai mendorong perusahaan yang berbasis di Cupertino, Kalifornia itu, untuk melacak asal beberapa pesan, dengan mengatakan platform itu digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah.

Whatsapp selalu mempertahankan untuk tidak mengambil langkah-langkah seperti itu, yang akan mengharuskannya melemahkan enkripsi dan perlindungan privasi lainnya. Secara global, platform tersebut digunakan oleh sekitar 1,5 miliar orang setiap bulan dan sering disebut-sebut memiliki tingkat keamanan yang tinggi, termasuk pesan terenkripsi.

Dalam gugatannya yang diajukan di pengadilan federal di San Francisco, Whatsapp menuduh NSO Group memfasilitasi kegiatan meretas pemerintah di 20 negara dan menyebutnya sebagai pola penyalahgunaan data yang nyata.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement