Senin 04 Nov 2019 15:26 WIB

PGRI Setuju Kurikulum Dirombak

PGRI setuju perombakan kurikulum dengan disertai penerapan teknologi.

Rep: Febryan A/ Red: Esthi Maharani
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim
Foto: AP/Dita Alangkara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pembina Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Qudrat Nugraha, mengaku setuju dengan rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merombak kurikulum dengan disertai penerapan teknologi. Sebab, kurikulum saat ini adalah salah satu penyebab tertinggalnya kualitas pendidikan Indonesia.

"Kurikulum sudah waktunya diubah untuk mewujukan proses belajar-mengajar yang menyenangkan. Kalau tidak, pendidikan kita akan semakin jauh tertinggal," kata Qudrat kepada Republika, Senin (4/11).

Presiden Jokowi telah meminta agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk merombak kurikulum pendidikan. Ia meminta kurikulum yang baru dibuat sesuai kebutuhan industri, tidak kaku, bisa mengikuti perkembangan zaman dan memanfaatkan kemajuan teknologi.

"Mas menteri minta 'beri waktu saya pak 100 hari untuk menyiapkan dan merancang (aplikasi) itu'," kata Jokowi di Istana Negara, Jumat (1/11). "Mas Menteri" merujuk pada Nadiem yang merupakan mantan CEO Gojek itu.

Jokowi menambahkan, jika perubahan kurikulum dan penerapan teknologi bisa dilakukan Nadiem, maka akan terjadi perubahan besar-besaran dalam cara mengajar serta interaksi guru dan murid. "Sistemlah yang bekerja, dengan aplikasi sistem," tegas Presiden.

Menurut Qudrat, penerapan teknologi juga harus ditujukan pada guru. Yakni, menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas guru secara programatis dan berkelanjutan.

Ia juga berharap agar penerapan teknologi itu bisa menyederhanakan proses birokrasi dalam sistem pendidikan, baik yang berkaitan dengan guru ataupun sekolah. "Mungkin 50 persen peraturan terkait guru yang ada harus dibabat habis secara revolusioner," ucap Qudrat.

Qudrat menambahkan, hal lain yang harus menjadi perhatian Nadiem dalam merombak kurikulum adalah keberadaan ujian nasional (UN). Menurut dia UN selama ini mengandung banyak masalah dan juga tak memberikan maanfaat jelas bagi peserta didik. "UN harus dibabat habis, ganti dengan cara ujian yang lain," katanya.

Meski banyak yang harus diperbaiki, Qudrat mengaku sangat mendukung upaya perbaikan yang akan dilakukan Nadiem. "Selamat datang Pak Nadiem di hutan masalah pendidikan Indonesia," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement