Rabu 06 Nov 2019 22:23 WIB

Ini Target Pegadaian ke Depan, Apa Saja?

Dirut Pegadaian Kuswiyoto memiliki tekad untuk membangun BUMN ini lebih besar

Rep: Arie Liliyah(swa.co.id)/ Red: Arie Liliyah(swa.co.id)
Petugas melayani nasabah ketika bertransaksi di kantor pelayanan Pegadaian Syariah, Jakarta, Jumat (4/1).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah ketika bertransaksi di kantor pelayanan Pegadaian Syariah, Jakarta, Jumat (4/1).

Di hadapan tim observer Good Corporate Governance dari IICG dan SWA, Dirut PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto memaparkan tekadnya untuk membawa BUMN ini menjadi The Most Valuable Financial Company.  Orang pasti akan bertanya memangnya Pegadaian bisa?” ungkap mantan Direktur Corporate Banking BRI ini.

Kuswiyoto menegaskan bahwa tekadnya ini bukanlah mimpi di siang bolong.  “Kami punya nasabah sebanyak 12,3 juta orang.  Ini sudah menjadi institusi keuangan yang cukup besar.  Tidak banyak intitusi keuangan yang nasabahnya diatas 10 juta. Jadi visi kami bukanlah keinginan yang aneh-aneh,  tapi terukur.  Saya selalu menekankan, Pegadaian itu kecil tapi cantik,” paparnya.

Kuswiyoto yang didampingi jajaran direksi dan komisaris PT Pegadaian pada pertengahan Oktober lalu menerima kunjungan tim observer GCG yang dipimpin Gendut Suprayitno didampingi Agus Riyadi, Lim Kurniawan, dan Sujatmaka.  Kunjungan ini dalam rangka untuk berdiskusi dan melakukan klarifikasi atas berbagai hal  terkait dengan penerapan GCG di BUMN ini.  Dalam hal ini, PT Pegadaian sedang mengikuti program pemeringkatan GCG 2019 yang diselenggarakan IICG dan SWA.

Apa yang disampaikan Kuswiyoto tercermin dari kinerja keuangan Pegadaian selama 2018 yang cukup kinclong.  Dengan jumlah nasabah yang pada 2018 mencapai 10 juta orang dan hingga September 2019 meningkat menjadi 12,4 juta, Pegadaian mampu menyalurkan pinjaman sebesar Rp 8,8 triliun pada posisi akhir 2018.  

“Penyaluran pinjaman kami tumbuh rata-rata 10,8% per tahun, jauh di atas perusahaan multifinance,” jelas Kuswiyoto.

Penyaluran kredit sebesar itu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 2,7 triliun pada 2018 (meningkat 10,4% dari 2017)  dengan tingkat ROI sebesar 13,79% dan ROA 5,26%.  Dan dengan NPL gross yang hanya sebesar 1,57% dan NPL nett 0,24%, plus predikat peringkat kesehatan keuangan AAA menjadikan Pegadaian tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan.  

“Inilah kenapa banyak  bank dan institusi pembiayaan lain sangat ingin bekerja sama dengan kami,” ujar Kuswiyoto.

Kuswiyoto mengakui bahwa ke depan bisnis gadai akan makin kompetitif dengan hadirnya banyak perusahaan pegadaian swasta.  Saat ini terdapat 91 pegadaian swasta dimana 68 di antaranya berstatus terdaftar dan 23 telah memiliki izin.  Menghadapi hal tersebut, Pegadaian yang saat ini mengoperasikan 4200 outlet, 8 ribu lebih agen, dan didukung 1600 tenaga penjualan terus berinovasi untuk meluncurkan produk baru.  

Sejumlah produk Pegadaian non gadai  yang telah dipasarkan antara lain: Kredit dengan jaminan BPKB, tabungan emas, Aurum Haji, kredit pembiayaan mobil, kredit KUR, dan kredit modal usaha dengan jaminan sertivikat tanah.  Menurut Kuswiyoto, kontribusi berbagai produk non gadai itu telah mencapai 20% yang akan terus didorong menjadi sekitar 40% pada 2023.

Selain itu Pegadaian juga telah merambah bisnis nonfinansial melalui sejumlah anak perusahaan, yaitu: PT Balai Lelang Artha Gasia bergerak di bidang jasa lelang; PT Pesonna Optima Jasa bergerak di bidang pelayanan jasa umum (outsourching); PT Pegadaian Galeri Dua Empat bergerak di bidang perdagangan emas batangan, perdagangan perhiasan dan perdagangngan batu mulia; PT Pesonna Indonesia Jaya bergerak di bidang pengelolaan hotel, bisnis properti, dan mengelola Gade Coffee; dan PT Pefindo Biro Kredit bergerak di bidang biro kredit swasta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement