Kamis 07 Nov 2019 05:00 WIB

Kitab Maulid Barzanji Sangat Favorit, Siapa Penulisnya?

Kitab Barzanji kerap dibaca umat Islam di Indonesia.

Red: Nashih Nashrullah
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, Sastra adalah salah satu unsur budaya Arab yang paling menonjol sejak zaman jahiliah, zaman kegemilangan Islam, bahkan hingga sekarang. Sastrawan-sastrawan besar Arab lahir di tengah lingkungan kesusastraan yang tumbuh dinamis di negeri itu.

Karya-karya mereka menyebar bersama dengan persebaran Islam di berbagai belahan dunia. Salah satu karya sastra yang diterima secara luas oleh umat Islam di dunia adalah 'Iqd al-Jawahir (Untaian Permata), atau yang dikenal dengan Kitab Barzanji atau syair Barzanji, karangan Syekh Ja'far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M) .

Baca Juga

Ja'far al-Barzanji lahir dan besar dalam lingkungan keluarga Muslim religius. Menurut sebuah riwayat, beliau adalah keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid al-Alawi al-Husain al-Musawi al-Shaharzuri al-Barzanji (1040-1103 H/1630-1691 M), Mufti Agung dari mazhab Syafi'i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, setelah mengembara ke berbagai dunia Islam akhirnya bermukim di Kota Madinah.

Syekh Ja'far sendiri adalah seorang qadli (hakim). Beliau mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat Islam di Madinah. Bahkan, sebagian masyarakat meyakini ia mendapatkan karamah dari Allah SWT, sebagaimana tecermin pada kedalaman ilmu agamanya, keluhuran budi pekertinya, dan keluasan wawasannya. Beliau wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`.

Potret kedalaman ilmu agama Syekh Ja'far terpancar melalui salah satu karya agungnya yang hingga kini masih dibaca umat Islam di seluruh dunia, Kitab Barzanji. Kitab sastra yang mengulas semua aspek kehidupan Nabi Muhammad SAW itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi upacara-upacara keagamaan umat Islam secara keseluruhan.

Dalam sebuah sumber, Kitab al-Barzanji ini ditulis Syekh Ja'far sebagai bentuk kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari syair itu, diharapkan seluruh umat Islam meneladani keagungan dan kerpibadian Rasulullah SAW.

Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.

Imbauan agar para ulama menulis syair-syair shalawat Nabi disebarluaskan ke perbagai penjuru negeri Arab.  Kitab Berzanji hadir dalam situasi umat Islam membutuhkan kekuatan yang dapat diimajinasikan itu. Syekh Ja'far agaknya berhasil. Setidaknya dalam ranah sosial budaya yang hingga kini masih dapat dilihat pengaruhnya. Mungkin inilah berkah dari Allah untuk sebuah mahakarya seorang ulama yang terkenal dengan kerendahan hati dan keihlasannya itu.

Syekh Ja'far menempatkan baginda Nabi Muhammad SAW pada posisi sentral dalam kehidupan dunia. Tidak hanya bagi umatnya, tetapi juga bagi umat manusia seluruhnya.

Keindahan syair Barzanji menggiring setiap pembacanya untuk menyadari bahwa kebenaran berasal dari sumber yang satu, yaitu Alquran yang dibawa oleh seorang Rasul paling mulia, Muhammad SAW. Sentralitas figur Nabi Muhammad SAW mampu mendekatkan seluruh komponen masyarakat untuk kemudian bersatu, bahu-membahu membangun sebuah kesatuan umat yang kokoh. Dalam konteks ini, sangatlah penting, setiap Muslim membaca Barzanji untuk meneladani dan mengingat kemuliaan Rasulullah SAW.

Di Indonesia, karya Syekh Ja'far ini dilantunkan dalam upacara-upacara seperti sekaten, kelahiran anak, akikah, potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Ini mencerminkan kesatuan ciri-ciri kebudayaan umat Islam Indonesia, sekaligus menyimbolkan keseragaman cara pandang mereka terhadap Rasulullah SAW.

Pada skala yang lebih kecil, jamaah yang hadir dalam pembacaan Barzanji memiliki kesadaran persamaan antarsesama. Mereka duduk bersila bersama, berdiri bersama, membaca Barzanji bersama, dan makan bersama. Dari level yang paling kecil inilah, benih-benih persatuan umat Islam dapat dipupuk dan ditumbuhkembangkan demi keutuhan ukhuwah islamiyah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement