Sabtu 09 Nov 2019 14:24 WIB

Eksploitasi Gajah pada Festival Way Kambas Ditolak

Gajah yang beraksi dinilai mendapat siksaan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Aktivis Masyarakat Anti-Sirkus Hewan Indonesia menolak eksploitasi dan penyiksaan gajah pada Festival Way Kambas di Bundaran Tugu Adipura Kota Bandar Lampung, Kamis (7/11).
Foto: Dok Mashi
Aktivis Masyarakat Anti-Sirkus Hewan Indonesia menolak eksploitasi dan penyiksaan gajah pada Festival Way Kambas di Bundaran Tugu Adipura Kota Bandar Lampung, Kamis (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Masyarakat Anti-Sirkus Hewan Indonesia (MASHI) menyatakan menolak adanya eksploitasi dan penyiksaan satwa dilindungi gajah pada gelaran Festival Way Kambas pada 9-10 November 2019. Berdasarkan pengamatan, gajah-gajah yang dijadikan obyek eksploitasi festival mengalami penyiksaan selama festival.

Sejumlah aktivis MASHI menggelar aksi penolakan dan eksploitasi serta penyiksaan terhadap gajah-gajah Way Kambas di Bundaran Tugu Adipura Pusat Kota Bandar Lampung, Kamis (7/11). Mereka menggelar spanduk panjang berisikan tulisan “Selamatkan Gajah Way Kambas”, “Jangan Teruskan Eksploitasi Gajah Way Kambas”, “Because The Deserve to be Free”, “Say No to Circuses They are not Entertainers”.

Baca Juga

Para aktivis yang menggelar aksi di Bundaran Tugu Adipura tersebut menggunakan tameng wajah seperti badut, yang menolak penganiayaan dan penyiksaan terhadap gajah-gajah hanya untuk memuaskan ajang festival tersebut.

Koordinator Aksi Raihan Sabri Zainal mengatakan, aksi yang digelar tersebut meminta agar tidak ada lagi eksploitasi dan penyiksaan gajah pada Festival Way Kambas tahun 2019 yang akan berlangsung pada 9-10 November di Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur.

“Berdasarkan pemantauaan kami pada Festival Way Kambas tahun 2017 dan 2018, kami menemukan gajah dengan luka di kepala yang disebabkan pengait yang digunakan oleh pawang,” kata Raihan dalam keterangannya kepada Republika, Kamis (7/11).

Menurut dia, atraksi dengan menampilkan pawang berdiri di kepala gajah yang ditampilkan pada Festival Way Kambas tahun-tahun sebelumnya, juga berisiko tinggi yang menyebabkan gajah cedera atau luka. “Kepala gajah tidak diperuntukkan menanggung beban manusia dewasa yang berdiri di atasnya,” ujarnya.

Atraksi gajah lainnya yang ditampilkan selama festival Way Kambas, ia mengatakan juga menunjukkan bahwa mamalia besar yang dilindungi tersebut dipaksa menampilkan perilaku yang tidak alami bagi mereka, hanya untuk menghibur pengunjung.

“Gajah dipaksa bermain hula hoop, berdiri dengan dua kaki, memberitumpangan, meminta uang kepada pengunjung, bahkan berpose agar pengunjung dapat mengambil foto selfie,” ujarnya.

MASHI meminta kepada Balai Taman Nasional Way Kambas dan Bupati Lampung Timur, agar menghentikan penyiksaan gajah selama Festival Way Kambas yang akan berlangsung pada tahun ini.

“Kami menyarankan agar Festival Way Kambas dapat menjadi event wisata yang ramah pada gajah, pengunjung dapat menikmati pemandangan yang gajah dapat berperilaku secara alami di habitatnya,” katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement